A.
Proses
Masuknya Islam Di Indonesia
Dalam berbagai buku sejarah berpendapat tentang
proses masuknya Islam pertama kali di indonesia, tidaklah lain melalui jalur
perdagangan. Dikala itu, perdagangan merupakan profesi yang sangat berpengaruh
dalam penyebaran ajaran-ajaran agama, karena melalui jalur perdagangan yang
kemudian agam-agama didunia tertutama agama Islam menyebar hampir ke seluruh
pelosok dunia tak terkecuali di Indonesia yang pada zaman dahulu dikenal dengan
kepulauan Nusantara.
Proses masuknya Islam di Indonesia merupakan
bagian dari letaknya yang bagian dari jalur perdagangan di dunia dan sebagai
wilayah yang mudah di jangkau dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka sangat
strategis jika Indonesia menjadi wilayah yang memperoleh pengaruh seperti halnya
penyebaran agama Islam.
Dalam Seminar nasional mengenai pembahasan ini
yaitu dalam Seminar Masuknya Islam di Indonesi, di Medan tahun 1963, Islam
masuk ke Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijiriah atau abad ke-7M. Berikut merupakan hal-hal yang mengenai hasil keputusan seminar tersebut yaitu:
1. Menurut
sumber-sumber yang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia
pada abad pertama Hijriyah (abad ke-7 Masehi) dan langsung dari Arab.
2. Daerah
yang pertama didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatra, dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka raja pertama islam berada di Aceh.
3. Dalam poses pengislaman selanjutnya, orang
Indonesia ikut aktif mengambil bagian
yang berperan, dan proses ini
berjalan secara damai.
4.
Mubaligh-mubaligh
islam yang pertama selain sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5.
Penyiaran
Islam di Indonesia dilakuhkan dengan cara damai.
6.
Kedatangan
Islam di Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam
membentuk kepibadian bangsa Indonesia.
Karakter tersebut dapat dibuktikan pada perlawanan rakyat melawan penjajahan
bangsa asing dan mempertahankan karakter sebut selama dalam zaman penjajahan
barat.
Memperkuat dari keputusan pada seminar ini bahwa
ketika Islam berkembang pada abad pertama, 1 Hijriyah atau 7 masehi. Rasulullah
telah mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash beziarah pada kaisar Cina dan
memeperkenalkan Islam disana. Melalui kunjungannya diketahui pada abad pertama
Hijriyah sudah ada pemukiman masyarakat Muslim di Kanton.[4]
Adapun perkembangan islam selanjutnya, Islam
terus berkembang secara lebih besar pada abad ke-12 M yang di bawa oleh para
Mubaligh islam dan semenjak Islam dikenal di Indonesia, Islam terus berkembang
secara pesat. Dalam dakwah islam masuk ke Indonesia melalui berbagai jalur dan
melalui jalur tersebut yang kemudian Islam menjadi sangat cepat diterima oleh
masyaakat indonesia. Berikut meupakan jalur-jalur yang dipergunakan dalam
penyebaannya :
1.
Melalui
jalur Perdagangan
Awal
diperkenalkannya Islam di Indonesia yaitu melalui jalur pedagangan karena
melalui jalur ini para pedagangan Arab dapat menjalan komunikasi antara para
pedagang di indonesia maupun masyarakat dalam memperjual belikan barang.
Sehingga melalui jalur ini, memudahkan interaksi agama dapat disebarkan
disamping mereka berdagang.
2.
Melalui
Jalur Pekawinan
Melalui
jalur pekawinan maka islam dapat menyebar luas secara damai. Para Raja dimasa
itu menikahkan putrinya dengan suadagar Islam yang disaat itu dalam segi
perekonomian mampu, maka sebelum pernikahanpun mereka di Islamkan lebih dahulu.
Melalui perkawinan ini pula yang kemudian timbul perkampungan muslim.
3.
Melalui
Jalur Tasawuf
Para
penyebar islam juga dikenal sebagai pengajar-pengajar tasawuf. Memalalui
tasawuf dalam “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka saat itu yang sebelumnya menganut agama
Hindu. Ajaran sufisme ini dapat di contohkan seperti ajaran-ajaran Kosmologi dan
Metafisis Ibnu Arabi yang dapat dengan Mudah dipadukan dengan ide-ide sufistik
India maupun pribumi yang di anut masyarakat setempat.
4.
Melalui Jalur Pendidik
Dalam
Islamisasi di Indonesia juga dilakuhkan melalui jalur pendidikan seperti
pesantren, suarau, masjid, dan lain-lain yang dilakuhkan oleh guru-guru agama,
kiai, dan ulam. Melalui jalur ini pula yang kemudian para wali khususnya di
jawa membuka lembaga Pendidikan Pesantren sebagai tempat kaderisasi para
mubaligh-mubaligh islam.
5.
Melalui
Jalur Kesesenian
Kesenian
merupakan media dalam mengislamisasikan masyarakat indonesia dahulu. Media ini
sangat di senangi oleh para rakyat indonesia, karena pada dasarnya masyarakat
sangat menyukai kesenian. Pendekatan jalur kesenian ini dilakuhkan oleh para
wali songo yaitu melalui pertunjukan wayang, sastra seperti hikayat, dan seni
arsitektur, dan seni ukir. Melalui kesenian ini, dimasukkanlah beberapa
nilai-nilai Islam di dalamnya walaupun pada ceritanya masih di petik dari
cerita Mahabharata dan ramayana.
6.
Melalui
Jalur Politik
Pengaruh
politik Raja sangat membantu penyebaran Islam. Para wli songo melakuhkan
strategi ini kepada pembesar kerajaan seperti Majapahit, Pajajaran, dengan
mendirikan kersjaan-kerajaan misalnya, kerajaan Demak, kerajaan cirebon dan
banten, dll. Baik di Sumatra, Jawa, maupun Indonesia bagian Timur. Demi
kepentingan politik Islam memerangi kerajaan non Islam sehingga mereka masuk
Islam.
B.
Pendidikan
Islam Masa Permulaan Islam
Pendidikan merupakan salah satu eksistensi
dalam mendidik kaum cendekiawan muslim dahulu, sampai sekarang. Keberadaan
pendidikan Islam merupakan modal utama dalam membentuk karakter masyarakat
Indonesia yang masih ketertinggalan dalam segi intelektual atau ilmu
pengetahuan. Keberadaan pendidikan Islam di masa awalnya merupakan bagian dari
perjuangan para Ulama Islam di masa itu, sebagai penyiarana Islam dan sekaligus
mencerdaskan masysrakat Indonesia yang masih menganut unsur mistis atau sistem
kepercayaan namun juga minimnya mereka dalam ilmu pengetahuan.
Hadirnya pendidikan Islam di indonesia dan
perkembangannya di tandainya dengan tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga
pendidikan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana, sampai tahap yang
sudah modern dan lengkap.
Awal pekembangnya pendidikan di Indonesia tidak
terlepas dari sistem maupun pengajaran di dalamnya. Pemberian pola pendidikan
pun di sesuaikan dengan keadaan dan situasi masyarakat Indonesia pada masa itu
yaitu yang masih berpegangan pada unsur kepercayaan mistis dan adat isitadat
yang masih kental. Maka dari perbedaan maupun kesamaan itu yang kemudian
pendidikan Islam mulai memperkenalkan agama Islam. Dalam segi Ibadah pendidikan
Islam, meluruskan pandangan masyarakat sekitar yang ada pada kependidikanya
sedikit demi sedikit sehingga terbentuknya kader-kader cendekiawan muslim yang
mampu berpikir secara kritis namun berlandaskan dengan ketauhidan.
Dalam menilik beberapa sestem pendidikan yang
ada dan terbentuk di indonesia tak lain bersifat seperti sestem ajaran yang di
berikan Rasulullah SAW dimasa dahulu. Namun yang hanya membedakan pada
pembelajaran yang diberikan beliau dengan pembelajaran yang di berikan oleh
para saudagar maupun ulama Islam di indonesia yaitu pada metode yang digunakan
pada pendekatan pembelajaran kepada masyarakat Indinesia.
Perlu diketahui bahwa sistem pendidikan dengan
sistem pembelajaran memiilki perbedaan sedikit antara ketrkaitan satu dengan
yang lainnya. Dimana sistem pembelajaran manyangkut tentang berbagai aspek hal
yang menyangkut pada semua pembelajaran yang terjadi pada masyarakat di
indonesia. Sedangkan sitem pendidikan menyangkut dengan sestem kelembagaan resmi
atau keterikatan unsur masyrakat masuk dalam sestem pendidikan yang memiliki
berbagai unsur komponen didalamnya seperti pola mengejar, metode dan materi dan
masih banyak yang lainnya.
Berikut beberapa potret sejarah pendidikan Islam dimasa permulaannya
dan sekaligus materi, metode dan kelembagaannya.
1 .
Pendidikan
Surau
Pendidikan
surau ini pertama kali berada di Minangkabau yaitu di Ulakan-Pariaman oleh
syekh Burhanuddin.
Keberadaan lembaga pendidikan Islam -sejak masa awal- merupakan pendidikan
Islam yang strategis. Pada eksistensinya suarau memiliki dua fungsi yaitu
sebagai tempat ibadah dan sebagai tempat pendidikan. Selain itu pelebaran
fungsi dari pendidikan maupun ibadah juga menjadi tarekat suluk, dan tempat tinggal
bagi anak laki-laki yang sudah dewasa atau baligh dan persinggahan bagi para
perantau. Pada pendidikannya ada dua jenjang pendidikan suarau pada era ini
yaitu
a.
jenjang
pengajaran Al-Qur’an, merupakan jenjang pendidikan pertama atau rendah
yaitu pendidikan untuk memahami ejaan huruf Al-qur’an dan membaca Al-qur’an.
Jejang pendidikan kedua, pendidikan atas yaitu membaca Al-qur’an melalui
metode dengan melagukan[8],
qasidah, berjanji, tajwid, dll.
b.
Jenjang
kedua yaitu pengajian kitab. Materi pendidikan pada jenjang ini yaitu ilmu
sharaf dan Nahwu, ilmu fiqh, ilmu tafsir, dan ilmu berhuungan dengan keagamaan.
Adapun metode yang diajarkannya yaitu dengan membaca sebuah kitab Arab dan
kemudian diterjemahkan setelah itu baru diterangkan maksudnya. Penekanan pada
pembelajaran ini yaitu aspek hafalan.
Dari pendidikan surau ini, metode
belajar-mengajar terdapat dua sitem yang dilakuhkan yaitu metode sorongan yaitu
proses pembelajaran antar murid dengan guru (individual) dan metode halaqah
yaitu murid mengelilingi guru atau kiainya dalam belajar.
Hal ini mencontoh tradisi dikalangan sahabat
yang belajar kepada Nabi, mula-mula dimasjid dan kemudian berpindah ke Dar
Al-arqam maka tradisi ini yang kemudian dikembangkan di institusi pendidikan
Islam.
Di istana diadakan pertemuan-pertemuan dan
diskusi keagamaan dan istana kerajaan menjadi pusat pengembangan Intelektual.
Ulama-ulama yang terkenal waktu itu yaitu Hamzah fansuri, Syamsuddin Sumatrani,
Nurrudin ar-Raniri, dan Abdur Rau al-Sangkili.
Kemudian pertemuan-pertemuan ini berkembang menjadi suatu institusi
pendidikan formal.
Hasymi dalam Bunga Rampai Revolusi dari
Tanah Aceh mengelompokkan pendidikan Islam diaceh menjadi lima tingkatan
yaitu
a.
Meunasah
merupakan tempat pendidikan Islam terendah yang digunakan untuk belajar, berdiskusi, dan fungsi yang lainnya yaitu
membicarakan masalah-masalah masyarakat. Materi pembelajaran meliputi membaca
Al-qur’an dengan metode mengeja huruf hijaiyah.
b.
Dayah
merupakan jenjang pendidikan tinggi pendidikan Aceh yang digunakan menuntut
ilmu lebih pada tingkatan yang tinggi. Adapun pendidikan ini dibagi menjadi dua
yaitu tingkatan menengah yaitu Rangkang dan pendidikan tinggi disebut Bale.
Pada pola pembelajaran di lembaga pendidikan Rangkang memiliki materi
ditekankan pada pembelajaran Nahwu shorof dan pembelajaran meliputi ilmu tasir
hadist, ilmu fiqh. Metode pembelajarannnya yaitu murid dibimbing untuk membaca
kitab-kitab yang meliputi ilmu-ilmu tersebut.
Model pembelajaran Pendidikan Bale yaitu
murid lebih dikhususkan dalam mendalami ilmu yang mereka minati yaitu
diantaranya ilmu fiqh, tafsir, dan hadist. Metode yang diajarkan yaitu metode
ceramah dengan diskusi.
3.
Pendidikan
Pesantren
Pesantren atau pondok adalah lembaga sistem pendidikan
selanjutnya. Tidak jelas Asal-usul tentang adanya pesantren berupa istilah
pesantren, kiai, dan santri masih diperselisihkan.
Karakterisitik pembelajaran pendidikan pesantren lebih meluas ketimbang
pembelajaran pendidikan pada sestem sebelumnya yaitu dapat dilihat melalui
materi yang diajarkannya meliputi kajian Al-Qur’an dengan tajwid dan tafsirnya,
aqa’id dan ilmu kalam, fiqh dan ushul fiqh hadist dengan Mushtala’ah hadist,
bahasa Arab dengan ilmu yang meliputinya yaitu nahwu, sharaf, bayan, ma’ani,
badi’ dan ‘arudh, tarikh, mantiq dan tasawuf. Sumber belajar yang lainnya yaitu
kitab kuning merupakan istilah khusus untuk menyebutkan karya tulis di
bidang keagamaan yang ditulis dengan huruf Arab.
Adapun metode yang lazim dipergunakan dalam pendidikan pesantren yaitu
wetonan, sorogan, dan hafalan. Metode wetonan adalah
metode kuliah yaitu para santri duduk disekeliling kiai kemudian santri
menyimak kitab masing-masing dan mencatat penjalasan sang kiai. Metode sorogan
yaitu santri menghadap guru atau kiai, seorang demi seorang dengan membawa
kitab yang akan dipelajarinya. Kiai membacakan dan menerjemahkankalimat demi
kalimat, kemudian menerangkan maksudnya. Metode hafalan yaitu metode
dimana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang
dipelajarinya.
4.
Pendidikan
Madrasah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam
yang berfungsi menghubungkan sistem lama dengan sistem
baru dengan jalan mempertahankan nilai-nilai
lama yang masih baik yang dapat dipertahnakna dan mengambil sesuatu yang baru
dalam ilmu, teknologi dan ekonomi yang bermanfaat bagi kehidupan umat Islam.
Adanya pendidikan Madrasah tidak lain merupakan
bagian pengaruh dari kedatangan Belanda di Indonesia. Dalam masa pemerintahan
Belanda yang mendirikan sekolah nasional meliputi kebudayaan, mereka maka
menyebabkan terjadinya perubahan sestem baik dari struktur maupun metode
pembelajaran untuk lebih menginovasi pendidikan Islam lebih baik sesuai dengan
perkembangan Islam selanjutnya. Berikut merupakan bagian dari kebangkitan pendidikan
Islam meliputi Madrasah (Adabiyah Sekolah), Sekolah Agama (madrasah
School), Madrasah Diniyah (Diniyah School), Madrasah Muhammadiyah,
Arabiyah School.
Dalam perkembangannya baik materi maupun metode
yang diajarkan mulai mengalami perluasan yaitu materinya meliputi bidang
keagamaan yang berkaitan dengan Al-qur’an dan Al-hadist dan umum meliputi
bidang ilmu hitung, ilmu alam, sosial dan masih banyak yang lainnya. Metode
yang diberikan yaitu bersifat pembaharuan dan memilki bermacam-macam metode yang
disesuaikan dengan konteks pembahasan yang di berikan yaitu berupa metode
kaidah dan tarjamah dalam materi bahasa, metode langsung dalam ilmu praktik
yaitu bersifat ilmu alam atau sosial, Metode Audiolingual dalam bidang
kebahasaan, dan metode gabungan atau campuran yaitu dalam memberikan materi
menyimak ataupun untuk pemberian materi umum.
A.
kESIMPULAN
Maka pada pendidikan era awal yang tumbuh dan
berkembang di Indonesia merupakan bagian dari peran keagamaan dalam
mendakwahkan bidang keagamaan yang kenudia berperan dalam penyebaran ilmu
pengetahuan. Proses masuknya Islam di Indonesia merupakan awal dari pembaharuan
pemikiran masyarakat dalam bidang kepercayaan maupun intelektual. Maka yang
kemudian, Islam tumbuh dan berkembang dengan pesat di sebabkan hasil dari
penyampaiannya yang secara bertahap dengan membawa perubahan menjadikan
masyarakat lebih baik dan dilakuhkan dengan cara yang baik pula. Maka timbullah
bebrpa lembaga yang ada di indonesia menjadi bagian dari proses pertumbuhan peradaban
masyarakat ke yang lebih baik yaitu Pendidikan Surau, Pendidikan Islam di
Kesultanan aceh yaitu Meunasah, dan dayah, Pendidikan Pesantren,
dan Pendidikan Madrasah.
B.
SARAN
Melalui pembelajaran Sejarah Pendidikan Islam
ini, diharapkan guru maupun murid dapat memhami berbagai proses pendidikan yang
berlangsung dengan baik. Kelahiran pendidikan seperti sekarang ini, tak lain
merupakan bagian dari keadaan pendidikan di era dahulu yang kemudian berkembang
hingga sedemikian rupa yang apabila kita dapat memahaminya melalui pembelajaran
seperti ini nantinya akan tumbuh kekreatifan dalam mengajar baik dalam segi
teknis mengajar yang baik maupun metode yang baik dalam mengajar maupun belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Munir. 2006. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta. Amzah.
Nizar, Samsul. 2007.Sejarah
Pendidikan Islam ; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai
Indonesia. Jakarta. Kencana Media Group.