BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran sastra di sekolah dasar di Indonesia sangat
memperhatikan. Anak-anak yang sangat miskin akan cerita, baik cerita berbentuk
buku maupun yang dilisankan. Ditambah pula dengan jarangnya guru mengajarkan
sastra. Hal ini dimungkinkan karena guru merasa kesulitan dalam memilih bentuk
dan jenis cerita sastra yang cocok untuk siswanya. Lalu apa yang dimaksud
dengan sastra anak-anak dan bagaimana cirri bacaan sastra jenis cerita untuk
anak-anak ini
Bacaan sastra untuk anak-anak adalah bentuk karya sastra
untuk konsumsi anak. Bacaan sastra untuk anak dapat berupa puisi dengan
katagori yang sangat luas : cerita fantasi, sejarah dan biografi, fiksi ilmiah,
dan sebagainya. Dalam sastra anak muncul beragam/variasi tema yang sesuai
dengan dunia mereka. Adapun ciri-ciri bacaan anak-anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Bacaan Cerita Anak Usia SD : Karakteristik dan
Jenisnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bacaan Cerita Anak Usia SD :
Karakteristik dan Jenisnya
a) Karakteristik Bacaan Cerita Anak
Pengajaran sastra di sekolah dasar di Indonesia sangat
memperhatikan. Anak-anak yang sangat miskin akan cerita, baik cerita berbentuk
buku maupun yang dilisankan. Ditambah pula dengan jarangnya guru mengajarkan
sastra. Hal ini dimungkinkan karena guru merasa kesulitan dalam memilih bentuk dan
jenis cerita sastra yang cocok untuk siswanya. Lalu apa yang dimaksud dengan
sastra anak-anak dan bagaimana cirri bacaan sastra jenis cerita untuk anak-anak
ini ?
Bacaan sastra untuk anak-anak adalah bentuk karya sastra
untuk konsumsi anak. Bacaan sastra untuk anak dapat berupa puisi dengan
katagori yang sangat luas : cerita fantasi, sejarah dan biografi, fiksi ilmiah,
dan sebagainya. Dalam sastra anak muncul beragam/variasi tema yang sesuai
dengan dunia mereka. Adapun ciri-ciri bacaan anak-anak bila ditinjau dari
beberapa segi antara lain sebagai berikut:
a. Bentuk penyajian
Bacaan sastra untuk anak-anak dari
segi bentuk penyajian memiliki ciri
tertentu dibandingkan dengan bentuk penyajian bacaan sastra untuk orang dewasa.
Bentuk penyajian sastra anak-anak memperhatikan format buku, bentuk huruf,
variasi warna kertas, ukuran huruf, dan kekayaan gambar.
Format buku sebaiknya disesuaikan
dengan dunia anak-anak sehingga memberikan efek khusus dari kesan visual dari
bentuk yang membadani seluruh buku itu. Ilustrasi gambar sampul hendaknya
mewakili tema yang digarap dalam buku itu dan harus disesuaikan dengan khalayak
penikmatnya (siswa SD). Bentuk buku yang diperuntukkan bagi anak-anak sebaiknya
dipilihkan bentuk persegi panjang yang horizontal dengan ukuran disesuaikan,
misalnya kelas awal dan menengah digunakan ukuran 20,5 x 28 cm, sedangkan untuk
kelas tinggi 20,5 x 23 cm. penjilidan juga turut menentukan minat anak,
sebaiknya buku dijilid tebal sehingga tidak mudah rusak, dan divariasikan
dengan warna yang variatif yang memberikan efek visual yang menarik.
Ukuran dan bentuk huruf hendaknya
tidak terlalu kecil, tetapi juga tidak terlalu besar, sehingga tidak
menyulitkan anak saat membacanya. Setiap buku yang diperuntukkan bagi anak-anak
juga diharapkan dicetak dalam kertas putih bersinar sehingga memberikan efek
visual yang lebih sebagai pengayaan yang memudahkan anak memahami cerita dan
membuat mereka lebih tertarik.
Dalam urusan ilustrasi, seharusnya
mampu membuat cerita lebih hidup sehingga menimbulkan harmoni yang baik.
Gambarnyapun sebaiknya jangan disajikan memenuhi satu halaman karena akan
mengganggu persepsi anak.
b. Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang digunakan sebaiknya
memiliki ciri menggunakan bahasa yang sederhana, dengan pertimbangan kemampuana
struktur dan tata bahasa maupun dari segi resepsi anak.
c. Cara Penuturan
Dari segi penututan, ciri bacaan anak diarahkan pada teknik penuturan
cerita yang merujuk pada pemilihan kata, penggunaan gaya bahasa, teknik
penggambaran tokoh dan latar cerita.
Untuk pemilihan kata, hendaknya
disesuaikan dengan readness anak, yaitu dengan menggunakan kata dan gaya bahasa
yang konkret sesuai dengan perkembangan kognitif mereka dan mengacu pada
pengertian tersurat. Yang jelas cara penuturan bisa disajikan dengan
reportatif, deskriptif, naratif, atau secara langsung.
d. Tokoh, penokohan, plot, dan tema
Dari segi tokoh, bacaan anak-anak menampilkan
tokoh yang jumlahnya tidak terlalu banyak (tidak melebihi 6 pelaku). Hal ini
dimaksudkaa agar tidak membingungkan anak dalam memahami alur cerita yang
tergambar lewat rentetatan peristiwa yang ada.
Penokohan dilakukan dengan tegas
dan langsung menggambarkan wataknya dengan dilengkapi oleh penggambaran fisik
secara jelas. Sedangkan latar ceita anak hendaknya menggambarkan tempat-tempat
menarik minat mereka, misalnya tempat persembunyian John Wayne (dalam
“Batman”).
Dari segi alur atau plot, bacaan
anak cerita anak-anak mengandung plot yang bersifat linier dan berpusat pada
satu cerita sehingga tidak membingungkan anak.
Tema bacaan anak biasanya sesuai
dengan minat mereka, misalnya tentang keluarga, berteman, cerita misteri,
petualangan, fantasi, cerita-cerita lucu, tentang binatang, cerita
kepahlawanan, dan sebagainya.
Baca Juga : PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL
b) Perbedaan bacaan sastra anak usia kelas rendah dan kelas
Tinggi
Berdasarkan tingkan readness anak, di sekolah dasar,
pemilihan bacaan cerita anak dibedakan menjadi tiga, yaitu:
·
Di kelas 1-2 dominan diberikan
bentuk cerita bergambar,
·
Di kelas 3-4 diberikan puisi,
sastra tradisional dan cerita fantasi,
·
Di kelas 5-6 diberikan puisi dan
bentuk cerita realistic kontemporer, kesejahteraan dan biografi, secara cerita
fiksi keilmuan.
Berdasarkan psikologi kognitif, tingkat perkembangan
kognitif anak usia sekolah dasar jenjang kelas menegah dan akhir berada pada
tingkat operasi konkret, yang mana pada tahap ini anak masih belum mampu
menangkap dan menghubungkan gagasan yang bersifat abstrak, dan belum mampu
memahami makna simbolis, motif, dan tema.
Berbeda dengan konsumsi kelas menengah, bahasanya lebih
kental dengan sastra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat baca sastra
ditentukan oleh empati yang tumbuh pada diri anak sebagai pembaca, yang
nantinya rasa tersebut menumbuhkan rasa simpati yang mendorongnya untuk lebih
tahu.
c) Jenis bacaan cerita anak
a. Cerita bergambang
1) Buku Informasi dan buku cerita
Berdasarkan adanya ilustrasi, maka
konteks buku dapat dbedakan menjadi dua, yaitu buku informasi dan buku cerita.
Sedangkan buku cerita sendiri masih dapat dibagi menjadi dua, yaitu buku
bercerita tanpa kata, dan buku cerita dengan kata.
2) Buku Cerita Bergambar Tanpa Kata
Buku ini mengandal gambar sebagai wahana
penceritaan.
3) Media dan ilustrasi sebagai wahana penceritaan
Sebagai pemahaman awal, media dan ilustrasi
sebagai wahana penceritaan, bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
·
Buku bergambar: berfunsi untuk
satu gagasan atau ide penuh
·
Buku cerita bergambar: berfungsi
untuk mewakili bagian atau unsure dari gagasan atau ide;
·
Buku berilustrasi: berfungsi untuk
satu atau bagaian dari suatu gagasan atau ide apabila digabungkan dengan unusur
lainnya, misalnya: kmposisi warna, komposisi tampilan, dan cerita.
b. Cerita rakyat
1) Definisi Cerita Rakyat
Adalah semua narasi yang tertulis
atau lisan yang ada terus sepanjang tahun. Mencakup syair kepahlawanan, balada,
legenda, dan lagu-lagu rakyat sebagaimana dongeng dan cerita binatang.
Cerita binatang
Bisa dikatakan cerita binatang ini yang
sangat banyak diminati anak. Karena binatang dianggap seperti manusia yang
dapat becakap-cakap.
Cerita Noodlehead
Disebut begini karena merupakan bagian dari
semua budaya rakyat dengan pola-pola yang khas. Kelucuannya adalah karena semua
ceritanya omong kosong.
Cerita Keajaiban
Cerita ini sering disebut cerita sihir dan
cerita peri yang gaib. Seperti cerita cinderela, putihnya salju, dan lain-lain.
2) Karakteristik Cerita Rakyat
Karakteristik atau sifat dari
cerita rakyat dikhususkan pada cerita rakyat untuk anak-anak yang meliputi
struktur plot, perwatakan, gaya, tema dan motif.
Sturuktur plot cerita rakyat
Hamper semua plot pada cerita rakyat menceritakan sejarah
kesuksesan para tokoh-tokohnya. Mengenai waktu dan tempat kejadiaan dalam
cerita rakyat sering berbuat dan selisih berganti secara cepat
(bersahut-sahutan).
Perwatakan
Perwatakaan sebuah cerita dapat dipahami melalui susunan
bahasa, symbol kelengkapan dalam cerita atau dapat juga secara lugas bahwa
tokoh ini baik atau jahat. Kualitas karakter (watak tokoh) ditunjukan secara
jelas tentang kekuatan dan kelemahanya di jalin menjadi konplik dan menuju
penyelesaian cerita.
Nampaknya sifat cerita rakyat seperti symbol kebaikan,
kejahatan, kekeuassan, kebijaksanaan dan sifat-sifat lain yang dapat segera
diketahui oleh anak-anak. Yaitu bahwa anak-anak mulai mengetahui dasar cerita
yang mengungkapkan pengalaman-pengalaman manusia.
Gaya
Cerita
rakyat ditutukan oleh pencerita menggunakan bahasa yang mampu menggungkapkan
segala persolaan dan pengalaman hidup serta bahasa yang khas dan musdah
dipahami oleh pendengar. Cerita rakyat mungkin bukan hanya untuk anak-anak,
tetapi jika yang menjadi pendengar adalah anak-anak maka harus di sederhanakan
cerita dan bahasanya. Wanda gag menjelaskan bagaimana cara menyederhanakan
suatu cerita rakyat agar sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak.
Penyederhanaan tersebut berarti :
a) cerita dapat dikembangkan secara bebas agar tidak
membinngungkan
b) menggunakan pengulangan-pengualangan untuk kejelasan
c) menggunakan dialog yang actual untuk menghidupkan dan
daya tarik cerita bagi anak-anak.
Pencerita tidak akan mengunakan bahasa yang
membingungkan anak-anak, tidak memilih kata-kata yang joro atau kasar atau
memilih kata-kata yang ambigu. Kata- kata atau kaliamat yang dipilih harus
sanggup membuat ppendengar merasa asyik dan betah untuk mendengar samapai
cerita selesai.
Secara jelas bahwa pencerita akan menghindari
pilihan kata-kata yang tidak lazim
digunakan di daerah temapt berbicara. Bahasa yang di pilih benar-benar
disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak-anak. Apanila anak yang tidak
memahami maka guru atau mungkin pencerita akan langsung member penjelasan atau
maksut pengertian kata-kata sulit tersebut.
Untuk itu bahasa figurative atau imajinatif
sedikit di gunakan oleh pencerita untuk gaya ppenceritaan agar lebih efektif.
Pencerita tetap memelihara gaya bercerita agar jandungan budayanya dan masud
cerita sesuai seperti didaerah atau Negara asal cerita rakayat iru di
ceritakan.
Tema
Tema-tema suatu cerita unruk
kategori sastra anak- anak umumnya akan menarik apabila sudsah diungkapakn
melalui cerita atau sudah dikemas dalam suatu cerita dalam hal ini cerita
rakyat. Sebab cerita rakyat sering dianggap sepele, misalnya seperti hunor,
cerita dari orang-orang bodoh/tolol yang tampak tidak masuk akal atau bahkan cerita
yang di besar-besarkan. Atau cerita-cerita yang menisahkan kkex\zaliman,
kekejaman dan kekerasaan raja atau bangsawaan.
Nilai-nilai kehidupan baik dan
nilai-nilai budaya dapat juga di ungkapakn melalui cerita rakyat misalnya :
kebaikan karena rendah hati, kasih saying, sabar, kerja keras, keberanian, atau
juga kepahlawanan yang tidak mengharap imbalan atau hadiah.
Para orang tua atau guru serta beberapa ahli
psikologi banyak menaruh perhatin terhap tama-tema seperti itu. Mereka selalu
memilihkan tema-tema yang cocok untuk anak-anak agar nilai-nilai baik dari
cerita rakyat tadi sampai pada pemahamannya.
Motif
Salah satu bagian dari
karakteristik sebuah cerita rakyat adalah motif cerita. Motof cerita dapat kita
pahami setelah kita mnedengar (mengetahui cerita secara keseluruhan).
Pengulangan bagian- bagian cerita, pengualangn bagian sifat-siafat tertentu
dalam cerita dan pengulangan pada watak – watak dan perbuatan tokoh pada
umumnya mengungkapkan motif-motif cerita rakyat.
Cerita rakyat umunya mengulang
–ulang motif dari suatu cerita yang satu
dengan yang lainya misalnya certa tentang binatang, cerita eajaiban atau yang
banyak di sebut tentang cerita peri. Cerita tersebut di kemas secara sederhana
dan guru dapat member saran dan perbandingan inti motif suatu cerita yang di
sampaikan kepada anak-anak motof-motif cerita rakyat tersebut dapat kita
golongkan menjadi beberapa golongang yakni:
a) cerita rakyat panjang (perjalanan waktu panjang) tetapi
mempesona memikat (the long sleep or enchantment)
b) kekuatan-kekuatan / tenag-tenaga gaib/ magis
c) cerita rakyat tentang perbuhan yang magis/ gaib (magical
transformation)
d) cerita rakyat dengan objek magis (magic objects)
e) cerita rakyat tentang cita-cita/ keinginan (wshes)
f) cerita tentang tipu daya (tentang kelicikan) atau
Trickery
c. fable, legenda dan mitos sebagai karya tradisioanal
fable merupakan cerita mengenai kehiduapan
binatang. Hal ini sesuai dengan L. T. Tjahjono, yang membatasi istilah fable
sebagai dongeng yang mengangkat kehidupan binatang sebagai bahan ceritanya
(1988:167), misalnya si kancil cerdik. Pendapat lain yang kemukakan Huck (1987)
menyebutkan bahwa fable merupakan dongen mengenai binatang atau unsure-unsur
atau yang lainya, misalanya hujuan angin, laut, rembulan, mentari, rembualan
dan sebaginya, misalnya dan cerita The Hare Tortoise atau The Sun and The Noth
wind” (1987:303). Hewan atau unsure-unsur alam lain itu dalam cerita dapat
hidup bermasyarakat dan berbicara layaknya sebagai manusia.
Fabel,
Legenda dan Mitos sebagi Karya Tradisional
Fabel
merupakan cerita mengenai kehidupan binatang. Hal ini sesuai dengan
pendapat L.T.Tjahjono, yang membatasi
isi fabel sebagai dongeng yang mengangkat kehidupan binatang bahan ceritanya
(1988:167), misalnya cerita kancil cerdik. Di Indonesia, fabel diciptakan
karena nenek moyang kita amat dekat dengan alam, sehingga binatangpun mereka
anggap sebagai mahluk Tuhan yang memiliki kemampuan seperti manusia. Pada
masing-masing daerah, fabelhadir dengan tokoh binatang yang berbeda. Di Jawa
dan Melayu tokoh kancil atau pelanduk dikenal sebagai tokoh fabel, orang Sunda
mengenal kura-kura dan kera, di Toraja dikenal tokoh fabel yang berupa monyet
hantu. Di negri lain, misalnya Tiongkok, sebagai tokoh dalam fabel-fabelnya
adalah juga kelinci atau terwelu, sementara di eropa, tokoh rubah atau srigala
(Fox) sebagai tokoh fabelnya.
Salah
satu alasan mengapa cerita binatang dapat memiliki daya tarik ialah karena banyak jenis binatang
dan banyak hal yang dapat ditulis tentang binatang-binatang itu. Terakhir ialah
binatang yang asli yaitu bertingkah laku secara ilmiah sebagai binatang. Di
dalam cerita ini pengarang sangat cermat dalam menentukan suatu pelaku utama
yang konsisten sebagai binatang dari awal hingga akhir. Di dalam cerita yang
paling baik dalam jenis ini, pengarang berhasil meningkatkan minat dan
mengembangkan empati kepada pelaku tersebut. Binatang-binatang tersebut
tidaklah mengenakan pakaian atau berbicara, dan banyak yang tidak memiliki
nama. Selain itu dalam jenis ini juga terdapat binatang yang tidak nyata
(imaginary). Dan tidak semua cerita binatang itu diceritakan dalam bentuk
prosa. Seperti dipaparkan dimuka bahwa fabel merupakan dongeng yang mengangkat
kehidupan binatang atau unsure alam lain sebagai bahan ceritanya. Dalam fabel,
binatang atau unsure alam lain itu mampu bermasyarakat dan berkomunikasi
(berbicar) layaknya manusia. Dari uraian tersebut dapatlah diidentifikasi
karakteristik (ciri-ciri) fabel sebagai berikut : (1) berkisah tentang binatang
atau unsure alam yang lain mampu berbicara (berkomunikasi) layaknya sebagai
manusia, (2) bersifat simbolis, (3) bersifat didaktis dan moralis, dan (4)
ringkas dan sederhana.
Mengenai
definisi legenda, ada dua versi yang berbeda, yaitu versi Indonesia dan luar
(Amerika), di Indonesia, legenda didefinisikan sebagai dongeng yang diciptakan
masyarakat sehubungan dengan keadaan alam dan nama sebuah daerah. Sedangkan
menurut versi Anerika, legenda didefinisikan sebagai kisah (rekonstruksi)
imajinatif tentang kejadian masa lampau oleh orang-orang masa sekarang. Para
pengarang dan para penyair yang membuat legenda yang menciptakan seseorang
tokoh pahlawan yang hebat yang dapat mengalahkan para penjahat (moster) serta
dapat mengatasi segala bahaya.
Istilah
mitos agaknya sulit dijelaskan, karena memiliki makna yang cukup luas. Kita
sering mendengar bagaimana pelukis dan penyair mencari mitologi, kita juga
mendengar tentang mitos kemajuan atau mitos demokrasi, akan tetapi kita tidak
dapat begitu saja menciptakan mitos. Penjelasan-penjelasn yang diberikan oleh
suatu masyarakat kepada anak-anak mereka mengenai dunia, tingkah laku manusia,
citra alam, dan tujuan hidup manusia, penjelasan itu bersifat mendidik.
Derita Fantasi: Jenis dan
Karakteristik
Pengertian Cerita Fantasi
Fantasi
adalah khayalan, lamunan, yaitu produk imajinasi yang merupakan penyajian
objek-objek atau peristiwa yang mungkin atau tidak mungkin ada dalam
kenyataannya. Cerita fantasi adalah cerita yang dibuat berdasarkan produk
imajinasi seseorang seakan ada dalam kehidupan sehari-hari tetapi kenyataannya
hanya dalam impian. Istilah fantasi mempunyai dua pengertian, yaitu umum dan
khusus. Selanjutnya diuraikan dalam pengertian umum fantasi adalah semua
kegiatan imajiner. Semua karya sastra adalah fantasi. Dalam pengertian khusus,
istilah itu diterapkan pada segala karya sastra yang tidak disajikan secara
realistic. Misalnya cerita dongeng, cerita tentang alat-alat yang bisa bicara,
dan cerita aneh lainnya.
Karakteristik Cerita Fantasi
Pada
bagian awal telah disinggung bahwa cerita fantasi bersifat fiktif (pandangan
Zoest). Atas dasar itu bagaimana karakteristik cerita fantasi bagi anak-anak?
Cerita fantasi bagi anak-anak sangat berbeda jika dibandingkan dengan cerita
fantasi untuk orang dewasa baik dilihat dari segi isi maupun bentuknya.
Berkaitan dengan bentuk dan isi cerita fantasi, Huck (1987) menguraikan bahwa
isi adalah sesuatau yang berhubungan dengan unsure-unsure pendidikan anak,
sedangkan bentuk adalah sesuatu yang berhubungan dengan tatanan atas sajian
cerita dalam sebuah teks.
Isi cerita fantasi anak-anak
diharapkan dapat:
(1)
Memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan
(2)
Cerita sastra dapat mengembangkan daya imajinasi anak
(3)
Cerita dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru
(4)
Mengembangkan wawasan dengan perilaku insani
(5)
Menurunkan warisan dari generasi terdahulu kepada generasi
berikutnya.
Jenis-jenis Cerita Fantasi
Cerita
fantasi memiliki beberapa jenis dan variasi. Setiap jenis ceritanya memiliki
ciri-ciri khusus yang kadang-kadang ada unsur kesamaan maupun perbedaan jika
dibandingkan dengan jenis cerita lainnya. Stewig (1980:409-442) menguraikan
jenis-jenis fantasi antara lain (1) fantasi sederhana untuk anak-anak kelas
awal, (2) dongeng rakyat, (3) cerita binatang dengan kemampuan khusus, (4)
ciptaan yang aneh, (5) cerita manusia dengan kemampuan tertentu, (6) cerita
boneka mainan, (7) cerita tentang benda-benda gaib, (8) cerita petualangan,
serta (9) cerita tentang kekuatan jahat/gaib.
Macam-macam cerita fantasi:
a.
Fantasi binatang
b.
Fantasi mainan dan boneka
c.
Fantasi dunia liliput
d.
Fantasi tentang alam gaib
e.
Tipu daya waktu
f.
Fantasi tinggi
Fiksi
Ilmu Pengetahuan
Murid-murid
sejak pendidikan dasar sudah selayaknya dibekali lebih banyak pengetahuan dan
ketrampilan sains, agar ruang lingkup dunia ank sekolah dasar menjadi lebih
luas. Cerita fiksi pengetahuan yang diberikan kepada anak-anak sangatlah
penting sebagai alat penambah pengetahuan, disamping pelajaran-pelajaran yang
mereka peroleh disekolah maupun dirumah. Fiksi ilmu pengetahuan adalah suatu
bentuk fantasi berdasarkan bentuk hipotesis tentang ramalan yang masuk akal.
Alur, tema, dan latarnya secara imajinatif didasarkan pada pengetahuan teori,
dan spekulasi ilmiah. Misalnya cerita tentang perjalanan ruang angkasa,
petualangan di planet lain dan sebagainya. Batas antara fantasi dan fiksi ilmu
pengetahuan sulit untuk dilogiskan, khususnya dalam literature anak-anak. Salah
satu dari nilai fiksi ilmu untuk anak-anak adalah kemampuan untuk membangun
imajinasi, intuisi dan keluwesan pada pikiran pembaca. Tema adalah ide pokok
yang berkisah pada tujuan cerita itu. Tema dari fiksi ilmu pengetahuan harus
dapat menjiwai setiap cerita dan jelas dari seluruh jalan cerita, serta dapat
memberikan kepuasan. Untuk memudahkan daya tangkap anak, maka tema untuk cerita
fiksi tersebut haruslah disajikan dengan sangat sederhana, menyajikan
masalah-masalah yang sesuai dengan alam kehidupan anak-anak. Misalnya
cerita-cerita yang bertema:
·
Menanamkan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap arti penting
keseimbangan ekosistem pada tiap-tiap individu.
·
Menyuguhkan pengertian tentang seluk beluk suatu benda atau proses
teknis suatu penemuan.
·
Memberikan bimbingan yang terampil dalam melakukan suatu hasta
karya untuk dapat dipraktikan oleh anak itu sendiri.
Sumber-sumber yang dapat diambilo
untuk menggali tema-tema yang sesuai untuk anak-anak adalah tema tentang
keajaiban-keajaiban yang berhubungan dengan dunia anak. Tema berhubungan erat
dengan amanat, bahwa akhir cerita yang disajikan kepada anak-anak tidak selalu
berakhir dengan suka, tetapi boleh berakhir dengan duka, yang penting cerita
fiksi tersebut dapat menimbulkan respon yang positif. Alur cerita fiksi
pengetahuan tidak harus dinamis dan hidup. Kehidupan harus dilandaskan pada
penyebab yang jelas. Tokoh-tokoh tidak hanya harus bertingkah wajar dan hidup,
melainkan juga harus jelas pula sebab-sebabnya. Bila penyusunan plot untuk
anak-anak yang lebih muda usianya, maka bukan saja jalan cerita yang sederhana
tetapi juga kata-kata harus sederhana.
Cerita
Sejarah
Pengertian dan Karakteristik Cerita
Sejarah
Istilah
cerita sejarah secara sederhana dideskripsikan sebagai cerita yang timbul di
suatu masalah yang lalu (setting waktunya adalah masa yang lampau). Cerita
sejarah menampilkan sebuah masalah atau konflik plot yang ganjil terhadap
waktu. Disini pengarang cerita sejarah merasa bahwa ia mendekati tugasnya
dengan salah satu dari dua orientasi. Pengarang cerita sejarah menawarkan
komentar-komentar yang penting tentang kebutuhan bagi pengarang untuk tidak
hanya memberikan keontentikan, dan motif-motif dari zaman yang
diwakilinya.secara sederhana yang dimaksud dengan cerita sejarah adalah cerita
rekaan yang timbul di suatu masa yang lalu (settingnya-setting waktunya adalah
suatu masa yang lampau). Pada cerita sejarah, pengarangnya berusaha untuk
membawa para pembaca mundur ke puluhan tahun yang silam dan memasuki gaya hidup
yang sangat berbeda dengan waktu yang sekarang.
Kriteria
cerita sejarah: Pertam, buku cerita
sejarah harus menarik juga harus memenuhi tuntutan keseimbangan antara fakta
dan fiksi. Kedua, cerita sejarah
tidak perlu harus tepat dan otentik, riset memang perlu, tetapi harus
benar-benar bisa dicerna, detail-detail yang dibuat harus menyatu dengan cerita
bukan hanya sebagai efek tambahan. Ketiga,
cerita sejarah harus secara akurat merefleksikan semangat atau jiwa dan nilai
yang terjadi pada waktu itu beserta kejadian-kejadiannya. Keempat, penulis cerita
sejarah harus tetap berpijak dengan seksama pada tempat-tempat sejarahnya
(histografi). Kelima, keontentikan
bahasa dalam cerita sejarah harus pula mendapat perhatian. Keenam, cerita sejarah harus dapat mendramasisasikan dan
memanusiakan fakta-fakta sejarah.
Nilai-nilai dalam Cerita Sejarah
a)
Cerita sejarah bagi anak-anak membantunya untuk mengalami masa
lalu, masuki komplek, derita, kebahagiaan, dan lain-lain.
b)
Cerita sejarah memberikan pengalaman kepada anak dan berperan untuk
masa lalu.
c)
Cerita sejarah mendorong anak untuk berfikir kritis dan menilai
novel-novel yang mempunyai konflik besar, karakter yang kuat, sulit menentukan
pilihan.
d)
Perspektif historis membantu siswa untuk melihat, menilai kesalahan
masa lalu dengan lebih jelas.
Biografi
Hampir dengan cerita sejarah, bahwa dalam biografi yang diceritakan
adalah kejadian masa lampau utamanya menceritakan keadaan atau perjalanan hidup
seseorang. Kriteria cerita biografi meliputi: (1) pilihan subjek, (2)
akurasi/keontektikan, (3) gaya/bahasa pengarang, (4) karakteristik, dan (5)
tema. Biografi istilah lain riwayat hidup, dapat kita beri makna kisah tentang
hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain, karena bila kisah hidup itu
diceritakan oleh dirinya sendiri dinamakan autobiografi. Bila dilihat dari
bagaimana seorang pengarang mengolah fakta dan data kehidupan menjadi sebuah
biografi, terdapat dua bentuk biografi, yaitu Biografi Otentik dan Biografi
yang Difiksikan.
1)
Biografi Otentik.
Biografi Otentik berkaitan dengan biografi untuk orang dewasa. Buku
jenis ini benar-benar berupa dokumentasi yang baik, yang merupakan hasil
penelitian yang cermat mengenai kehidupan seseorang.
2)
Biografi yang Difiksikan
Biografi
yang difiksikan ditulis berdasarkan penelitian yang mendalam, namun membiarkan
pengarang mematisir peristwa-peristiwa tertentu dan mempersonalisasikan subjek
tersebut, bukan sekedar melaporkan langsung seperti biografi otentik. Biografi
yang difiksikan mempergunakan naratif bukan analitis. Anak-anak dapat
mengetahui karakter subjek, melalui tindakan, perbuatan, dan percakapan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bacaan sastra untuk anak-anak dari segi bentuk penyajian memiliki ciri tertentu dibandingkan
dengan bentuk penyajian bacaan sastra untuk orang dewasa. Bentuk penyajian
sastra anak-anak memperhatikan format buku, bentuk huruf, variasi warna kertas,
ukuran huruf, dan kekayaan gambar.
Berdasarkan psikologi kognitif, tingkat perkembangan
kognitif anak usia sekolah dasar jenjang kelas menegah dan akhir berada pada
tingkat operasi konkret, yang mana pada tahap ini anak masih belum mampu
menangkap dan menghubungkan gagasan yang bersifat abstrak, dan belum mampu
memahami makna simbolis, motif, dan tema.
Berbeda dengan konsumsi kelas menengah, bahasanya lebih
kental dengan sastra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat baca sastra
ditentukan oleh empati yang tumbuh pada diri anak sebagai pembaca, yang
nantinya rasa tersebut menumbuhkan rasa simpati yang mendorongnya untuk lebih
tahu.
Karakteristik atau sifat dari cerita rakyat dikhususkan
pada cerita rakyat untuk anak-anak yang meliputi struktur plot, perwatakan,
gaya, tema dan motif.
DAFTAR
PUSTAKA
Novi Resmini, Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Dikelas Tinggi. (Bandung: UPI PRESS Gedung penerbitan percertajaab
universitas pendidikan Indonesia). 2007
No comments:
Post a Comment