Semangatbelajar- kali ini akan membahas mengenai Cara merancang bahan materi yang akan disajikan dalam proses pembelajaran yaitu menentukan materi hingga mengembangkannya kedalam bentuk RPP. (Lalu apabila kalian membutuhkan materi ini, silahkan untuk dijadikan referensi dan mencantumkan alamat Link materi ini) :
BAB I
PEMBAHASAN
A.
MENGEMBANGKAN
MATERI
Pengembangan materi merupakan tahap berikutnya
setelah menyusun, merancang dan mengembangkan kopetensi dasar dan indikator.
Karena materi merupakan bagian dari proses pencapaiaan indikator kopetensi yang
telah ditetapkan. Pengembangan Materi beracuan pada kopetensi apa yang akan
dicapai.oleh
karena itu, dalam mengembangkannya tentu memiliki aspek-aspek atau unsur-unsur
apa saja yang harus termuat didalamnya sehingga ketika seorang guru akan
menyampaikan materi pembelajaran tidak terlalu melebar juga tidak terlalu
menyempit dalam muatan informasi.
Bukan hanya itu saja, dengan cara mengembangkan
materi pula. Dalam pengembangannya bukan hanya yang diharapkan materi lebih
berkembang dan meluas namun juga dalam tujuan pendidikan materi yang diharapkan
yaitu berbobot dan berkualitas. Materi memiliki kualitas pendidikan yang tinggi
dengan beberapa point yang dititik beratkan dan berbagai informasi pendukungnya
maka akan lebih memudahkan siswa menyerap materi, disamping mereka harus
memahami materi pelajaran yang lainnya.
Betapa sangat pentingnya
dalam pengembangan materi setelah dirancangnya SK dan indikator kopetensi
karena melalui materi ajar inilah nantinya yang akan mewujudkan atau
mengaplikasikan kedua rancangan tersebut. Bahan
pembelajaran merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta
didik. Pelayanan individu dapat tercipta dengan baik melalui bahan pembelajaran
yang memang dikembangkan secara khusus. Meteri atau bahan pembelajaran merupakan
alat atau sarana untuk mengaplikasikan ataupun menjelaskan tujuan cita-cita
pendidikan yang telah dicanangkan. Oleh karena itu, pengembangan dibutuhkan
dalam materi pembelajaran yang mampu menguraikan tugas maupun unsur terkait
didalamnya yang menarik perhatian siswa dalam mempelajari lebih mendalam materi
tersebut. Mengacu dari tujuan
pendidikan maka dalam pengembangan materi ,beberapa hal yang perlu dijadikan
acuan; 1) tingkat perkembangan, 2) potensi peserta didik, 3) relevansi dengan
karakteristik daerah, 4) struktur keilmuan, 5) aktualitas, kedalaman, dan
keluasan materi.
1.
Tingkat
Perkembangan
Pada kurikulum 2004 diperlukan pengembangan pembelajaran
untuk kopetensi secara sistematis dan terpadu; agar siswa dapat menguasai
setiap kopetensi secara tuntas (mastery learning). Setiap peserta didik tentu memiliki tingkatan
potensi dari setiap perkembangan cara berpikir mereka dan potensi ini akan
terus berkembang hingga mereka dewasa. Cara berpikir sangat dipengaruhi oleh
umur mereka. Itulah sebabnya, dalam pendidikan formal atau yang biasa disebut
sekolah atau madrasah memiliki tingkatan kelas masing-masing yang disesuai
dengan umur mereka. Mengapa demikian?, karena hal itu sesuai dengan kerja
biologis susunan tubuh mereka yang masih terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sampai mereka dewasa dan hal ini berpengaruh dengan struktur otak,
jaringan saraf, maupun panca indera yang mereka miliki.
Dari hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa setiap
pendidikan formal dibedakan berbagai tingkatan dari yang pendidikan terendah
seperti Pendidikan Anak usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi. Semuanya
memiliki tujuan yang sama dalam pendidikan namun memiliki bobot keilmuan
masing-masing dalam setiap tingkatan hal ini disesuaikan dengan tingkat
kedewasaan atau biasa disebut dengan unsur kesadaran. Semakin tinggi tingkat
kesadaran siswa terhadap suatu objek maka akan semakin tinggi tingkat kebutuhan
dalam perkembangan keilmuan mereka khususnya pada struktur pendidikan.
Adapun
dalam penjelasan diatas oleh Jean Piaget telah diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik perkembangan kognitif. Secara umum Kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri
dari tahapan; Pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi
(evaluation). Sedangkan secara umum yang dimaksud dengan kognitif yaitu suatu bentuk
perkembangan dalam pola pemikiran yang rasional atau secara akal. Berikut
merupakan Klasifikasi karakteristik perkembangan kognitif dari Piaget yaitu:
Karakteristik Perkembangan Kognitif dari Piaget
Tahap
|
Usia
|
Karakteristik
|
Sensorimotor
|
0-2 tahun
|
ü Menggunakan imitasi, ingatan, dan berpikir.
ü Mengenali objek yang menghilang sebagai
benar-benar terjadi
ü Perubahan dari refleks ke perilaku menuju
goal
|
Praoperasional
|
2-7 tahun
|
ü Bahasa mulai berkembang dan mulai mampu
berpikir dalam bentuk simbolik
|
Operasi Konkrit
|
7-11 tahun
|
ü Mampu menyelesaikan masalah konkrit secara
logis
ü Memahami konservasi, klasifikasi dan
mengurutkan
ü Memahami reversibilitas
|
Operasional Formal
|
11 tahun ke atas
|
ü Mampu menyelesaikan masalah abstrak dengan
logis
ü Lebih ilmiah dalam berfikir
ü Mulai memikirkan masalah-masalah sosial dan
identitas
|
Dari bagan tersebut dapat diketahui bahwa
kemampuan dari setiap umur peserta didik ditentukan oleh perkembangan kognitif
mereka. Begitupun dalam cara belajar
mengajar maupun materi yang harus mereka peroleh dalam proses pembelajaran
khususnya pada pembelajaran sekolah.
Telah
diketahui pada
penjelasan diatas menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat mempengaruhi
tingkat perkembangan pola berpikir siswa. Diketahui pula pola berpikir siswa berbeda-beda dari satu
tingkatan umur dengan tingkatan umurnya yang lebih tinggi. Adapun secara terperinci
perkembangan kognitif siswa dapat diketahui berdasarkan periodesasi tingkah
laku dan cara berpikir mereka sebagai berikut:
·
Periode
Sensorimotor
|
Sub-tahapan
skema reflex
Sub-tahapan
fase reaksi sirkular
primer
Sub-tahapan
kooedinasi reaksi sirkular sekunder
Sub-tahapan
fase reaksi sirkular sekunder
Sub-tahapan
awal representasi simbolik
|
·
Periode
praoperasional
|
Perkembangan
keterampilan berbahasa mempresentasikan benda-benda dengan kata-kata gambar
Berdifat
egosentris
|
·
Periode
operasional konkrit
|
Pengurutan;
Klasifikasi;
Decentering;
Konservasi
Pengilangan
sifat egosentrisme
|
·
Periode
operasional formal
|
Berpikir
abstrak
Menalar
secara logis
Menarik
kesimpulan dan informasi yang tersedia
|
Dalam pola pembelajaran periodesasi yang
berdasarkan pada perkembangan kognitif yang telah di jelaskan pada
masing-masing bagan tersebut menyatakan bahwa proses pengembangan pendidikan
tidak akan terlepas dari mampu tidaknya siswa menerima materi yang akan
diberikan. Hal ini berkaitan pada pengembangan materi yang disesuaikan kepada kemampuan siswa akan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mampu mengembangkan potensinya yang
tentu di arahkan kepada cita-cita pendidikan, berkembang secara optimal. Contohnya
saja beradasarkan tingkat kesadaran siswa ataupun pengalaman belajar mereka
tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Adapun bagi peserta didik yang memilki
daya kecepatan untuk belajar, dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam kelas
tersebut. Begitupun sebaliknya, bagi siswa yang memiliki kelambanan dalam
belajar, akan sangat leluasa utuk terus mengulangi pembelajarannya, karena
mereka berlokasi dilingkungan yang benar-benar kondusif untuk kemampuan mereka
secara lebih baik.
Namun yang harus diketahui
dalam muatan materi pendidikan bahwa semua materi pelajaran dapat dikembangkan
tetapi untuk kandungan didalamnya tentu mengarahkan pada diri siswa untuk
membentuk kepribadian yang unggul. Dalam pengembangan materi pelajaran, dapat
dianalisis secara mendalam bahwa ada beberapa point penting yang diutamakan
dalam tingkat pendidikan yang ditanamkan bagi peserta didik dari masa
kanak-kanak hingga dewasa yaitu norma-norma dan nilai-nilai. Hal ini berkaitan
dengan pendidikan kemanusiaan yang membentengi diri mereka sebagai
berkepribadian yang bermoral dan berakhlak. Materi inilah yang terus berkembang
dari satu tingkatan dasar ke tingkatan lebih tinggi dengan porsi kebutuhan
materi yang lebih mendalam pada bidang tersebut. Tentunya hal ini memberikan
pengertian bahwa butuh adanya pengembangan materi dari periode satu keperiode
lainnya untuk membekali siswa pada ilmu yang luas dan mendalam.
2.
Potensi
Peserta Didik
Pengembangan materi tentu beracuan pada
kopetensi peserta didik. Menurut Mc Acshan dan
Sutrisno memberikan pengertian kopetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakuhkan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa setiap peserta didik memiliki
kopetensi yang ada pada diri mereka baik yang bersifat kognitif, afektif,
maupun psikomotor yang memang merupakan bagian dari pribadi yang ada pada diri
mereka sejak dilahirkan dan hal ini akan terus berkembang seiring dengan
pengetahuan yang mereka miliki. Oleh karena itulah potensi tersebut dapat
menjadi acuan dalam memilih materi yang disesuaikan dengan pola pikir siswa.
Menurut
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
36 ayat
(2), bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan segala prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Biasanya sekolah dengan Standar Nasional menerapkan sebuah ujian kelulusan
pendaftaran sebelum masuk sebagai calon siswa hal ini disebut dengan intake.
Intake tersebut yang akan membantu seorang guru untuk memahami sebagian
dari potensi siswa yaitu dari aspek intelegensi
yang bukan berarti mengesampingkan aspek yang lainnya. Namun, jelaslah
kiranya bahwa taraf intelegensi memegang peranan besar terhadap taraf prestasi
belajar siswa, lebih-lebih dalam bidang studi yang menuntut banyak berpikir. Sekolah tersebut tentu memiliki standar
materi tersendiri dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Sehingganya
para siswa yang masuk memang dikhususkan untuk siswa yang harus memenuhi
ataupun memiliki intake yang tinggi.
Berkaitan
dengan potensi yang dimiliki siswa. Setiap manusia memang diberikan kemampuan
dasar sejak lahir dan hal itu meliputi kamampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Namun dalam diri mereka ada yang lebih mendasar lagi dari
potensi-potensi itu yaitu yang disebut potensi khusus. Potensi khusus adalah
potensi yang dimiliki siswa namun lebih cenderung cepat berkembang dibanding
dengan potensi yang lain. Kecenderungan ini karena adanya kesukaan, motivasi,
dan minat mereka sesuai kemampuan dasar yang mereka miliki. Maka dari hal ini, potensi khusus akan memudahkan guru dalam melihat
seberapa jauh pemahaman siswa dalam memahami informasi abstrak. Karena
kecepatan pemahaman dalam informasi abstrak yang didapatkan menunjukkan
kemampuan seorang siswa dalam cepat memahami dan menguasai materi. Hal inilah
mengapa intake menjadi salah satu cara sekolah-sekolah khusus untuk
mencari siswa-siswi baru yang sesuai dengan standard kopetensi yang tentunya
berkaitan langsung dengan materi yang dikembangkan dalam sekolah tersebut.
Selain
kedua hal tersebut yaitu yang berorientasi pada siswa. Pada pengembangan materi
juga selalu dilakuhkan analisis yaitu analisis kontekstual. Analisis
kontekstual adalah sebuah proses untuk menementukan bagaimana untuk menangani teks berdasarkan karakter
sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, analisis kontekstual dalam perkembangan materi
yaitu sebuah analisis materi yang dilakuhkan bukan hanya berorientasi pada
objek perkembangan interaksi pada siswa saja. Namun juga berorientasi dengan
keadaan sekitar siswa yang mendukung interaksi tersebut. Analisis kontekstual
yang pertama disebut analisis orientasi yaitu sebuah analisis yang melihat
tujuan pembelajaran disekolah sebagai dasar dalam mengembangkan materi. Karena
tujuan sekolah tentu mempengaruhi kurikulum maupun berbagai pembelajaran
didalamnya yaitu yang paling berpengaruh pada materi yang kembangkan.
Analisis
yang kedua yaitu analisis intruksional yaitu lebih berorientasi pada keadaan
fisik lingkungan dalam mendukung proses belajar mengajar berupa keadaan dan
fasilitas kelas seperti tempat duduk guru maupun siswa, keadaan ruangan, dll.
Analisis yang terakhir yaitu analisis transfer merupakan pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang
diperoleh dalam bidang studi yang satu ke
bidang studi yang lain
atau kekehidupan sehari-hari diluar lingkungan pendidikan sekolah. Analisis ini berkaitan dengan tujuan pada akhir pembelajaran yang berkaitan
dengan pola pikir siswa dalam menghadapi kehiduapan nyata. Dalam analisis ini,
diharapkan materi yang dikembangkan sangat bermakna dalam menghadapi kehidupan
siswa yang hakikatnya sebagai makhluk sosial contohnya berinteraksi dengan
sesama, mencari pekerjaan dll.
Pada dasarnya keseluruhan materi tersebut merupakan
analisis mendalam yang harus dilakuhkan guna untuk mengembangkan materi juga
pengaruh mengembangkan pengetahuan siswa sesuai dengan kapasitas keperluan
mereka dalam mengetahui pembelajaran tersebut.
3.
Karakteristik
Daerah
Mengembangkan materi yang baik tentu
memperhatikan berbagai aspek kehidupan pada sosial, budaya, agama dll. Hal
tersebut tentulah sangat berpengaruh pada kehidupan mereka. Seorang siswa mampu
memahami pembelajaran dengan baik karena adanya ilmu yang kemudian mereka
praktekkan. Karkteristik daerah tentu sangat mempengaruhi pengembangan materi.
Mengapa demikian? Karena masing-masing daerah memiliki karakter pembawaan,
kebiasaan, dialog dan masih banyak yang lainnya sesuai dengan daerah mereka
masing-masing dan berbagai karakter tersebut menjadi bagian dari keunggulan dan
nilai luhur. Pengembangan materi membutuhkan karakter masing-masing dari daerah
tersebut. Sehingga pengembangan materi
benar-benar menjadi cerminan jati diri siswa yang akan terus berkembang
berinteraksi dalam daerah mereka.
Memperhatikan
karakteristik daerah, merupakan bagian dari tehnik mengembangkan materi agar
materi tersebut benar-benar menjadi bagian dari kehidupan siswa sehingga materi
yang disampaikan dapat dicerna dengan baik. Materi/ bahan pelajaran
harus dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan
pengalaman hidup sehari-hari siswa. Seperti dapat dilihat pada karakter siswa di
pedesaan dengan siswa di perkotaan tentu memiliki karakter berbeda dalam
belajar memahami materi.
Maka
dari hal tersebut, pengembangan materi tidak bisa diabaikan dari lingkungan
kehidupan yaitu keberadaan daerah interaksi siswa. Pengembangan materi walaupun
berpatokan pada kopetensi yang mungkin sama antara daerah satu dengan daerah
yang lain, tetapi harus memperhatikan keragaman-keragaman dari masing-masing
daerah tersebut. Mengapa demikian, agar materi yang disampaikan benar-benar sesuai dengan
pandangan kehidupan mereka, sehingganya materi dapat diaplikasikan oleh siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya pembelajaran Matematika dengan diberikan
contoh hitung-hitungan melalui penjabaran tentang interaksi hitung-menghitung
diligkungan pertanian atau perdagangan yang ada didaerahnya hal itu akan lebih
memberikan makna betapa pentingnya mempelajari matematika dalam menghitung
panen atau hasil laba perdagangan.
4.
Struktur
Keilmuan
Pada bidang keilmuan di struktur pendidikan,
pengklasifikasian ilmu dalam beberapa bidang tentu sangat penting. Hal ini
sebagai pembatasan ataupun penanda jika ilmu-ilmu yang sangat luas dibentuk
dari beerbagai bidang atau rumpun yang didalamnya memuat kegunaan dan fungsi
masing-masing. Bidang ilmu-ilmu tersebut biasanya dengan klasifikasi kategori
rasional, abstrak dan aplikasi. Suprayogo mengembang keilmuan kedalam tiga
bidang yaitu Ilmu Alam, Ilmu sosial, dan Ilmu Humaniora yang dari setiap
bidangnya tumbuh berbagai cabang ilmu. Perkembangan ilmu tersebut terus
menyumbangkan ilmu-ilmu yang saling berkaitan hingga menemukan ilmu-ilmu baru.
Hal ini karena adanya sumbangan pemikiran rasioanal dan eksperimen dari manusia
dalam menguak ilmu yang masih tersimpan dikehidupan ini. Tidak terlepas dari
hal itu pula, adanya kekuatan yang Maha Besar
dari Sang Pencipta hingga
ilmu-ilmu tersebut ada dan terus diperdalam oleh para akar ilmuan sampai detik
ini. Di sadari bahwa pernyataan itu telah tercantum dalam Al-quran dan
Al-hadist yang memang sebagai pedoman hidup manusia.
Melalui
hasil pemikiran berupa hasil eksperimen dan juga logika dengan ditambah
berlandaskan pada Al-quran dan Al-hadist lahirlah berbagai ilmu pengetahuan.
Bidang Ilmu Alam terdiri dari ilmu yang bersifat logika seperti ilmu biologi,
ilmu fisika, ilmu kimia. Bidang ilmu sosial yang bersifat abstrak terdiri dari
ilmu antropologi, ilmu sejarah, ilmu phisikologi, dan ilmu sosial. Sedang
bidang ilmu Humaniora terdiri dari ilmu
seni, ilmu filsafat, dan ilmu bahasa atau sastra. Adapun ilmu yang lahir
dari Al-quran dan Al-hadist yaitu ilmu aqidah, ilmu akhlak, ilmu tafsir, ilmu
hadist, ilmu nahwu dan sharaf dll. Dari cabang ilmu tersebut kemudian saling
berkaitan satu sama lain dan
melahirkan ilmu-ilmu baru.
Mempelajari secara mendalam tentang bagaimana struktur
ilmu tersebut dapat terus berkembang maka akan lebih mempermudah bagaimana
menentukan ilmu yang mana yang tepat diajarkan sesuai dengan jenjang
pendidikan. pemilihan pokok bahasan juga bidang kajian akan lebih mudah
dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Karena
pada dasarnya ilmu satu dengan yang lain saling berkaitan contoh seperti
pembelajaran dalam bidang phisikologi dengan pembelajaran bimbingan konseling
keduanya berlatar belakang sama pembahasan dan kajiannya pun hampir sama. Namun setelah dipelajari lebih mendalam keduanya
terlihat berbeda dalam segi sasaran dan profesi. Maka dengan mengetahui
struktur ilmu tersebut dapat membantu
dalam batasan-batasan dalam mengembangkan sebuah materi.
5.
Aktualitas, Kedalaman, Dan Keluasan Materi
Tahapan ini merupakan
lanjutan dari struktur ke ilmuan yang semua guru harus mengetahui tingkat
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi yang kan mereka ajarkan. Karena
banyaknya bidang ke ilmuan bukan berarti diberikan keseluruhan kepada peserta
didik.
Aktualitas bermakna
sebagai tingkat keunggulan materi.Pada
pengertian tersebut menyatakan bahwa ilmu akan terus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman, selama proses observasi, eksperimen dan penlaran logis
masih terus dilakukan oleh para ilmuan. Oleh karena itu saat mengajar, guru
diharapkan mampu menyajikan informasi-informasi terbaru dari bidang keilmuan
tersebut. Hal ini dilakukan agar seluruh siswa mampu memahami keilmuan secara
menyeluruh tanpa meninggalkan pembaharuan zaman.
Adapun kedalaman dan
keluasan materi dari banyaknya referensi ataupun informasi ilmu pengetahuan
yang harus dipelajari dan di pahami oleh siswa. Namun bukan berarti guru tidak
memperhatikan psikologi mereka. Kedalaman dan keluasan materi, dalam hal ini
yaitu yang harus sesuai dengan perkembangan siswa dengan menentukan tingkat
prioritas materi yang harus benar-benar dipelajari untuk siswa. Hal ini berarti
guru harus menyajikan materinya dengan memperhatikan tahapan-tahapan dari
materi yang mudah hingga yang sulit.
Guru adalah tenaga
profesional sehingga harus cepat menyesuaikan diri dan mereposisi perannya. Selain memperhatikan pada kemampuan
siswanya saja, guru juga harus memperhatikan tingkat kedalaman dan keluasan
materi yang harus dikuasai dirinya sendiri. Karena seorang guru yang baik akan
mempersiapkan materi sebelum mengajar dengan mendalami berbagai informasi dari
berbagai referensi guna menambah wawasan untuk dapat dibagikan kepada
siswa-siswanya nanti.
Contoh untuk tahapan ini
yaitu guru harus mampu membatasi materi pendidikan agama islam pada kelas 1,2,3
dan begitupun untuk kelas-kelas selanjutnya. Didalam memberikan materi pula,
guru harus memilih mana materi yang harus di sampaikan di awal dan akhir,
seperti guru harus menyampaikan bagaimana tata cara sholat sebelum siswa
praktek sholat. Bagaimana tata cara takbiratul ikhram hingga salam serta
bacaannya masing-masing ? maka hal inilah yang disebut dengan aktualitas,
kedalaman dan keluasan materi.
Pada proses pengembangan
materi yang berhubungan dengan Kopetensi Dasar dan Indikatornya dapat
didiskripsikan melalui gambar dibawah ini. Penjabaran KD kedalam Materi:
KOPETENSI DASAR
|
INDIKATOR
|
·
Potensi pada siswa
·
Kesesuaian materi dengan kebutuhan peserta
didik
·
Kesesuaian dengan karakteristis daerah
·
Struktur keilmuan
·
Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi.
|
MATERI
|
Pengembangan materi
merupakan hal yang sangat komplek dalam proses pembelajaran. terkhusus bagi
guru harus mengetahui kemampuan siswa dalam menangkap materi serta kopetensi
apa yang harus dicapai setelahnya. KD
maupun Indikator tidak akan dilaksanakan dengan baik tanpa pengembangan materi
yang baik. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk memperhatikan lima
komponen diatas yaitu sebagai bahan acuan dalam mengajar materi yang mereka
pegang. Berikut merupakan penjelasan dan contoh keterkaitan antara Silabus dengan materi
pembelajaran yang akan dikembangkan:
No
|
Kopetensi Dasar
|
Materi Pokok
|
Pengalaman Belajar
|
Alokaasi waktu
|
Sumber bahan/ajar
|
1
|
Memuat kopetensi dasar hasil penjabaran dari standar
kopetensi yang te;lah dirumuskan dalam kurikulum
|
Memuat materi pembelajaran hasil penjabaran
masing-masing kopetensi dasar yang telah dirumuskan
|
Memuat alternatif pengalaman belajar siswa yang
terpilih yang dapat dipakai untuk mencapai penguasaan KD (kegiatan yang
dialami siswa ditulis dengan singkat), misalnya : mendengarkan, mencatat,
mengamati, dll.
|
Memuat alokasi waktu yang diperlukan untuk menguasai
masing-masing kopetensi
|
Memuat jenis sumber bahan/ alat yang digunakan.
|
1
|
Mahasiswa dapat memahami pengertian dan hakekat
strategi belajar mengajar
|
Pengertian dan hakekat strategi belajar mengajar
|
Mahasiswa mengkaji dan mendiskusiakan pengertian dan
hakekat strategi belajar mengajar.
|
Tes tulisan
Tes lisan
Penugasan
Penilaian proses
|
Laptop
LCD
OHP
White board dan alat tulis
|
BAB II
KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
Pengembangan materi
merupakan suatu cara bentuk mengajar untuk menyampaikan materi secara
keseluruhan yang mampu dipahami maupun dimengerti siswa secara keseluruhan.
Pengembangan materi sangat perlu diperhatikan bagi guru dalam mengajar karena
mengembangkan materi berarti tidak menyampaikan materi hanya karena kewajiban
saja sebagai seorang guru, namun juga sebagai sebuah keprofesionalan guru dalam
mengemban tugasnya yaitu mencerdaskan peserta didik sebagai bagian dari
cita-citanya dan tujuan Pendidikan Nasional. Maka dalam hal ini ada lima
komponen yang harus diperhatikan sebagai bentuk keberhasilan materi yang telah
dikembangkan yaitu melihat kecocokan materi dari tingkat perkembangan siswa,
potensi siswa, struktur keilmuan, dan aktualitas, kedalaman, serta keluasan
materi. Berbagai komponen tersebut digunakan sebagai dasar pengembangan materi
agar teknik pengolahannya benar-benar menciptakan hasil pembelajaran yang baik
dengan standard penilaian, siswa mampu memahami materi dan mengembangkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Maka bukan hanya Standard Kopetensi dan Indikator
saja yang tercapai sesuai dengan tujuan akan tetapi terbentuk pula para peserta
didik yang memiliki potensi dalam tiga
ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta.
PT rajagrafindo Persada.
Sugeng Listyo Prabowo.dkk. 2010. Perencanaan
Pembelajaran. Malang. UIN-Malik Press.
W.S. Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta. PT Gramedia.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain
Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenadia Group.
Zainiyati, Husniyatus Salamah. 2014. Ulumuna Jurnal Studi Keislaman: Model Kurikulum Integratif Pesantren
Mahasiswa Dan UIN Maliki Malang. Vol 18 Nomor 1 (juni).
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905081984031NANA_JUMHANA/MAKALAH_PENGEMBANGAN_RENCANA_PELAKSANAAN_PEMBELAJARAN.pdf
No comments:
Post a Comment