SEMANGAT BELAJAR: CARA MEMBUAT RPP, MENGEMBANGKAN MATERI DAN MERANCANGNYA

Tuesday, 17 October 2017

CARA MEMBUAT RPP, MENGEMBANGKAN MATERI DAN MERANCANGNYA


Semangatbelajar- kali ini akan membahas mengenai Cara merancang bahan materi yang akan disajikan dalam proses pembelajaran yaitu menentukan materi hingga mengembangkannya kedalam bentuk RPP. (Lalu apabila kalian membutuhkan materi ini, silahkan untuk dijadikan referensi dan mencantumkan alamat Link materi ini) :

BAB I
PEMBAHASAN

A.    MENGEMBANGKAN MATERI
Pengembangan materi merupakan tahap berikutnya setelah menyusun, merancang dan mengembangkan kopetensi dasar dan indikator. Karena materi merupakan bagian dari proses pencapaiaan indikator kopetensi yang telah ditetapkan. Pengembangan Materi beracuan pada kopetensi apa yang akan dicapai.oleh karena itu, dalam mengembangkannya tentu memiliki aspek-aspek atau unsur-unsur apa saja yang harus termuat didalamnya sehingga ketika seorang guru akan menyampaikan materi pembelajaran tidak terlalu melebar juga tidak terlalu menyempit dalam muatan informasi.
Bukan hanya itu saja, dengan cara mengembangkan materi pula. Dalam pengembangannya bukan hanya yang diharapkan materi lebih berkembang dan meluas namun juga dalam tujuan pendidikan materi yang diharapkan yaitu berbobot dan berkualitas. Materi memiliki kualitas pendidikan yang tinggi dengan beberapa point yang dititik beratkan dan berbagai informasi pendukungnya maka akan lebih memudahkan siswa menyerap materi, disamping mereka harus memahami materi pelajaran yang lainnya.
Betapa sangat pentingnya dalam pengembangan materi setelah dirancangnya SK dan indikator kopetensi karena melalui materi ajar inilah nantinya yang akan mewujudkan atau mengaplikasikan kedua rancangan tersebut. Bahan pembelajaran merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik. Pelayanan individu dapat tercipta dengan baik melalui bahan pembelajaran yang memang dikembangkan secara khusus. Meteri  atau bahan pembelajaran merupakan alat atau sarana untuk mengaplikasikan ataupun menjelaskan tujuan cita-cita pendidikan yang telah dicanangkan. Oleh karena itu, pengembangan dibutuhkan dalam materi pembelajaran yang mampu menguraikan tugas maupun unsur terkait didalamnya yang menarik perhatian siswa dalam mempelajari lebih mendalam materi tersebut. Mengacu dari tujuan pendidikan maka dalam pengembangan materi ,beberapa hal yang perlu dijadikan acuan; 1) tingkat perkembangan, 2) potensi peserta didik, 3) relevansi dengan karakteristik daerah, 4) struktur keilmuan, 5) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi.

   1.      Tingkat Perkembangan
Pada kurikulum 2004 diperlukan pengembangan pembelajaran untuk kopetensi secara sistematis dan terpadu; agar siswa dapat menguasai setiap kopetensi secara tuntas (mastery learning). Setiap peserta didik tentu memiliki tingkatan potensi dari setiap perkembangan cara berpikir mereka dan potensi ini akan terus berkembang hingga mereka dewasa. Cara berpikir sangat dipengaruhi oleh umur mereka. Itulah sebabnya, dalam pendidikan formal atau yang biasa disebut sekolah atau madrasah memiliki tingkatan kelas masing-masing yang disesuai dengan umur mereka. Mengapa demikian?, karena hal itu sesuai dengan kerja biologis susunan tubuh mereka yang masih terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai mereka dewasa dan hal ini berpengaruh dengan struktur otak, jaringan saraf, maupun panca indera yang mereka miliki.
Dari hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa setiap pendidikan formal dibedakan berbagai tingkatan dari yang pendidikan terendah seperti Pendidikan Anak usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi. Semuanya memiliki tujuan yang sama dalam pendidikan namun memiliki bobot keilmuan masing-masing dalam setiap tingkatan hal ini disesuaikan dengan tingkat kedewasaan atau biasa disebut dengan unsur kesadaran. Semakin tinggi tingkat kesadaran siswa terhadap suatu objek maka akan semakin tinggi tingkat kebutuhan dalam perkembangan keilmuan mereka khususnya pada struktur pendidikan.
Adapun dalam penjelasan diatas oleh Jean Piaget telah diklasifikasikan berdasarkan karakteristik perkembangan kognitif. Secara umum Kognitif  diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; Pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi (evaluation). Sedangkan secara umum yang dimaksud dengan kognitif yaitu suatu bentuk perkembangan dalam pola pemikiran yang rasional atau secara akal. Berikut merupakan Klasifikasi karakteristik perkembangan kognitif dari Piaget yaitu:
Karakteristik Perkembangan Kognitif dari Piaget
Tahap
Usia
Karakteristik
Sensorimotor
0-2 tahun
ü  Menggunakan imitasi, ingatan, dan berpikir.
ü  Mengenali objek yang menghilang sebagai benar-benar terjadi
ü  Perubahan dari refleks ke perilaku menuju goal
Praoperasional
2-7 tahun
ü  Bahasa mulai berkembang dan mulai mampu berpikir dalam bentuk simbolik
Operasi Konkrit
7-11 tahun
ü  Mampu menyelesaikan masalah konkrit secara logis
ü  Memahami konservasi, klasifikasi dan mengurutkan
ü  Memahami reversibilitas
Operasional Formal
11 tahun ke atas
ü  Mampu menyelesaikan masalah abstrak dengan logis
ü  Lebih ilmiah dalam berfikir
ü  Mulai memikirkan masalah-masalah sosial dan identitas

Dari bagan tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan dari setiap umur peserta didik ditentukan oleh perkembangan kognitif mereka. Begitupun dalam  cara belajar mengajar maupun materi yang harus mereka peroleh dalam proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran sekolah.
Telah diketahui pada penjelasan diatas menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat mempengaruhi tingkat perkembangan pola berpikir siswa. Diketahui pula pola berpikir siswa berbeda-beda dari satu tingkatan umur dengan tingkatan umurnya yang lebih tinggi. Adapun secara terperinci perkembangan kognitif siswa dapat diketahui berdasarkan periodesasi tingkah laku dan cara berpikir mereka sebagai berikut:

·         Periode Sensorimotor
Sub-tahapan skema reflex
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer
Sub-tahapan kooedinasi reaksi sirkular sekunder
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder
Sub-tahapan awal representasi simbolik
·         Periode praoperasional
Perkembangan keterampilan berbahasa mempresentasikan benda-benda dengan kata-kata gambar
Berdifat egosentris
·         Periode operasional konkrit
Pengurutan;
Klasifikasi;
Decentering;
Konservasi
Pengilangan sifat egosentrisme
·         Periode operasional formal
Berpikir abstrak
Menalar secara logis
Menarik kesimpulan dan informasi yang tersedia

Dalam pola pembelajaran periodesasi yang berdasarkan pada perkembangan kognitif yang telah di jelaskan pada masing-masing bagan tersebut menyatakan bahwa proses pengembangan pendidikan tidak akan terlepas dari mampu tidaknya siswa menerima materi yang akan diberikan. Hal ini berkaitan pada pengembangan materi yang disesuaikan kepada kemampuan siswa akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mampu mengembangkan potensinya yang tentu di arahkan kepada cita-cita pendidikan, berkembang secara optimal. Contohnya saja beradasarkan tingkat kesadaran siswa ataupun pengalaman belajar mereka tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Adapun bagi peserta didik yang memilki daya kecepatan untuk belajar, dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam kelas tersebut. Begitupun sebaliknya, bagi siswa yang memiliki kelambanan dalam belajar, akan sangat leluasa utuk terus mengulangi pembelajarannya, karena mereka berlokasi dilingkungan yang benar-benar kondusif untuk kemampuan mereka secara lebih baik.
Namun yang harus diketahui dalam muatan materi pendidikan bahwa semua materi pelajaran dapat dikembangkan tetapi untuk kandungan didalamnya tentu mengarahkan pada diri siswa untuk membentuk kepribadian yang unggul. Dalam pengembangan materi pelajaran, dapat dianalisis secara mendalam bahwa ada beberapa point penting yang diutamakan dalam tingkat pendidikan yang ditanamkan bagi peserta didik dari masa kanak-kanak hingga dewasa yaitu norma-norma dan nilai-nilai. Hal ini berkaitan dengan pendidikan kemanusiaan yang membentengi diri mereka sebagai berkepribadian yang bermoral dan berakhlak. Materi inilah yang terus berkembang dari satu tingkatan dasar ke tingkatan lebih tinggi dengan porsi kebutuhan materi yang lebih mendalam pada bidang tersebut. Tentunya hal ini memberikan pengertian bahwa butuh adanya pengembangan materi dari periode satu keperiode lainnya untuk membekali siswa pada ilmu yang luas dan mendalam.

   2.      Potensi Peserta Didik
Pengembangan materi tentu beracuan pada kopetensi peserta didik. Menurut Mc Acshan dan Sutrisno memberikan pengertian kopetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakuhkan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa setiap peserta didik memiliki kopetensi yang ada pada diri mereka baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor yang memang merupakan bagian dari pribadi yang ada pada diri mereka sejak dilahirkan dan hal ini akan terus berkembang seiring dengan pengetahuan yang mereka miliki. Oleh karena itulah potensi tersebut dapat menjadi acuan dalam memilih materi yang disesuaikan dengan pola pikir siswa.
Menurut UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (2), bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan segala prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi  daerah dan peserta didik. Biasanya sekolah dengan Standar Nasional menerapkan sebuah ujian kelulusan pendaftaran sebelum masuk sebagai calon siswa hal ini disebut dengan intake. Intake tersebut yang akan membantu seorang guru untuk memahami sebagian dari potensi siswa yaitu dari aspek intelegensi  yang bukan berarti mengesampingkan aspek yang lainnya. Namun, jelaslah kiranya bahwa taraf intelegensi memegang peranan besar terhadap taraf prestasi belajar siswa, lebih-lebih dalam bidang studi yang menuntut banyak berpikir. Sekolah tersebut tentu memiliki standar materi tersendiri dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Sehingganya para siswa yang masuk memang dikhususkan untuk siswa yang harus memenuhi ataupun memiliki intake yang tinggi.
Berkaitan dengan potensi yang dimiliki siswa. Setiap manusia memang diberikan kemampuan dasar sejak lahir dan hal itu meliputi kamampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun dalam diri mereka ada yang lebih mendasar lagi dari potensi-potensi itu yaitu yang disebut potensi khusus. Potensi khusus adalah potensi yang dimiliki siswa namun lebih cenderung cepat berkembang dibanding dengan potensi yang lain. Kecenderungan ini karena adanya kesukaan, motivasi, dan minat mereka sesuai kemampuan dasar yang mereka miliki. Maka dari hal ini, potensi khusus akan memudahkan guru dalam melihat seberapa jauh pemahaman siswa dalam memahami informasi abstrak. Karena kecepatan pemahaman dalam informasi abstrak yang didapatkan menunjukkan kemampuan seorang siswa dalam cepat memahami dan menguasai materi. Hal inilah mengapa intake menjadi salah satu cara sekolah-sekolah khusus untuk mencari siswa-siswi baru yang sesuai dengan standard kopetensi yang tentunya berkaitan langsung dengan materi yang dikembangkan dalam sekolah tersebut.
Selain kedua hal tersebut yaitu yang berorientasi pada siswa. Pada pengembangan materi juga selalu dilakuhkan analisis yaitu analisis kontekstual. Analisis kontekstual adalah sebuah proses untuk menementukan bagaimana untuk menangani teks berdasarkan karakter sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, analisis kontekstual dalam perkembangan materi yaitu sebuah analisis materi yang dilakuhkan bukan hanya berorientasi pada objek perkembangan interaksi pada siswa saja. Namun juga berorientasi dengan keadaan sekitar siswa yang mendukung interaksi tersebut. Analisis kontekstual yang pertama disebut analisis orientasi yaitu sebuah analisis yang melihat tujuan pembelajaran disekolah sebagai dasar dalam mengembangkan materi. Karena tujuan sekolah tentu mempengaruhi kurikulum maupun berbagai pembelajaran didalamnya yaitu yang paling berpengaruh pada materi yang kembangkan.
Analisis yang kedua yaitu analisis intruksional yaitu lebih berorientasi pada keadaan fisik lingkungan dalam mendukung proses belajar mengajar berupa keadaan dan fasilitas kelas seperti tempat duduk guru maupun siswa, keadaan ruangan, dll. Analisis yang terakhir yaitu analisis transfer merupakan pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau kekehidupan sehari-hari diluar lingkungan pendidikan sekolah. Analisis ini berkaitan dengan tujuan pada akhir pembelajaran yang berkaitan dengan pola pikir siswa dalam menghadapi kehiduapan nyata. Dalam analisis ini, diharapkan materi yang dikembangkan sangat bermakna dalam menghadapi kehidupan siswa yang hakikatnya sebagai makhluk sosial contohnya berinteraksi dengan sesama, mencari pekerjaan dll.
Pada dasarnya keseluruhan materi tersebut merupakan analisis mendalam yang harus dilakuhkan guna untuk mengembangkan materi juga pengaruh mengembangkan pengetahuan siswa sesuai dengan kapasitas keperluan mereka dalam mengetahui pembelajaran tersebut.

   3.      Karakteristik Daerah
Mengembangkan materi yang baik tentu memperhatikan berbagai aspek kehidupan pada sosial, budaya, agama dll. Hal tersebut tentulah sangat berpengaruh pada kehidupan mereka. Seorang siswa mampu memahami pembelajaran dengan baik karena adanya ilmu yang kemudian mereka praktekkan. Karkteristik daerah tentu sangat mempengaruhi pengembangan materi. Mengapa demikian? Karena masing-masing daerah memiliki karakter pembawaan, kebiasaan, dialog dan masih banyak yang lainnya sesuai dengan daerah mereka masing-masing dan berbagai karakter tersebut menjadi bagian dari keunggulan dan nilai luhur. Pengembangan materi membutuhkan karakter masing-masing dari daerah tersebut.  Sehingga pengembangan materi benar-benar menjadi cerminan jati diri siswa yang akan terus berkembang berinteraksi dalam daerah mereka.
Memperhatikan karakteristik daerah, merupakan bagian dari tehnik mengembangkan materi agar materi tersebut benar-benar menjadi bagian dari kehidupan siswa sehingga materi yang disampaikan dapat dicerna dengan baik. Materi/ bahan pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa. Seperti dapat dilihat pada karakter siswa di pedesaan dengan siswa di perkotaan tentu memiliki karakter berbeda dalam belajar memahami materi.
Maka dari hal tersebut, pengembangan materi tidak bisa diabaikan dari lingkungan kehidupan yaitu keberadaan daerah interaksi siswa. Pengembangan materi walaupun berpatokan pada kopetensi yang mungkin sama antara daerah satu dengan daerah yang lain, tetapi harus memperhatikan keragaman-keragaman dari masing-masing daerah tersebut. Mengapa demikian, agar materi yang disampaikan benar-benar sesuai dengan pandangan kehidupan mereka, sehingganya materi dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya pembelajaran Matematika dengan diberikan contoh hitung-hitungan melalui penjabaran tentang interaksi hitung-menghitung diligkungan pertanian atau perdagangan yang ada didaerahnya hal itu akan lebih memberikan makna betapa pentingnya mempelajari matematika dalam menghitung panen atau hasil laba perdagangan.

   4.      Struktur Keilmuan
Pada bidang keilmuan di struktur pendidikan, pengklasifikasian ilmu dalam beberapa bidang tentu sangat penting. Hal ini sebagai pembatasan ataupun penanda jika ilmu-ilmu yang sangat luas dibentuk dari beerbagai bidang atau rumpun yang didalamnya memuat kegunaan dan fungsi masing-masing. Bidang ilmu-ilmu tersebut biasanya dengan klasifikasi kategori rasional, abstrak dan aplikasi. Suprayogo mengembang keilmuan kedalam tiga bidang yaitu Ilmu Alam, Ilmu sosial, dan Ilmu Humaniora yang dari setiap bidangnya tumbuh berbagai cabang ilmu. Perkembangan ilmu tersebut terus menyumbangkan ilmu-ilmu yang saling berkaitan hingga menemukan ilmu-ilmu baru. Hal ini karena adanya sumbangan pemikiran rasioanal dan eksperimen dari manusia dalam menguak ilmu yang masih tersimpan dikehidupan ini. Tidak terlepas dari hal itu pula, adanya kekuatan yang Maha Besar  dari Sang  Pencipta hingga ilmu-ilmu tersebut ada dan terus diperdalam oleh para akar ilmuan sampai detik ini. Di sadari bahwa pernyataan itu telah tercantum dalam Al-quran dan Al-hadist yang memang sebagai pedoman hidup manusia.
Melalui hasil pemikiran berupa hasil eksperimen dan juga logika dengan ditambah berlandaskan pada Al-quran dan Al-hadist lahirlah berbagai ilmu pengetahuan. Bidang Ilmu Alam terdiri dari ilmu yang bersifat logika seperti ilmu biologi, ilmu fisika, ilmu kimia. Bidang ilmu sosial yang bersifat abstrak terdiri dari ilmu antropologi, ilmu sejarah, ilmu phisikologi, dan ilmu sosial. Sedang bidang ilmu Humaniora  terdiri dari ilmu seni, ilmu filsafat, dan ilmu bahasa atau sastra.  Adapun ilmu yang lahir dari Al-quran dan Al-hadist yaitu ilmu aqidah, ilmu akhlak, ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu nahwu dan sharaf dll. Dari cabang ilmu tersebut kemudian saling berkaitan satu sama lain dan melahirkan ilmu-ilmu baru.
Mempelajari secara mendalam tentang bagaimana struktur ilmu tersebut dapat terus berkembang maka akan lebih mempermudah bagaimana menentukan ilmu yang mana yang tepat diajarkan sesuai dengan jenjang pendidikan. pemilihan pokok bahasan juga bidang kajian akan lebih mudah dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya ilmu satu dengan yang lain saling berkaitan contoh seperti pembelajaran dalam bidang phisikologi dengan pembelajaran bimbingan konseling keduanya berlatar belakang sama pembahasan dan kajiannya pun hampir sama. Namun setelah dipelajari lebih mendalam keduanya terlihat berbeda dalam segi sasaran dan profesi. Maka dengan mengetahui struktur ilmu tersebut dapat membantu dalam batasan-batasan dalam mengembangkan sebuah materi.

   5.      Aktualitas, Kedalaman, Dan Keluasan Materi
Tahapan ini merupakan lanjutan dari struktur ke ilmuan yang semua guru harus mengetahui tingkat aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi yang kan mereka ajarkan. Karena banyaknya bidang ke ilmuan bukan berarti diberikan keseluruhan kepada peserta didik.
Aktualitas bermakna sebagai tingkat keunggulan materi.Pada pengertian tersebut menyatakan bahwa ilmu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, selama proses observasi, eksperimen dan penlaran logis masih terus dilakukan oleh para ilmuan. Oleh karena itu saat mengajar, guru diharapkan mampu menyajikan informasi-informasi terbaru dari bidang keilmuan tersebut. Hal ini dilakukan agar seluruh siswa mampu memahami keilmuan secara menyeluruh tanpa meninggalkan pembaharuan zaman.
Adapun kedalaman dan keluasan materi dari banyaknya referensi ataupun informasi ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dan di pahami oleh siswa. Namun bukan berarti guru tidak memperhatikan psikologi mereka. Kedalaman dan keluasan materi, dalam hal ini yaitu yang harus sesuai dengan perkembangan siswa dengan menentukan tingkat prioritas materi yang harus benar-benar dipelajari untuk siswa. Hal ini berarti guru harus menyajikan materinya dengan memperhatikan tahapan-tahapan dari materi yang mudah hingga yang sulit.
Guru adalah tenaga profesional sehingga harus cepat menyesuaikan diri dan mereposisi perannya. Selain memperhatikan pada  kemampuan siswanya saja, guru juga harus memperhatikan tingkat kedalaman dan keluasan materi yang harus dikuasai dirinya sendiri. Karena seorang guru yang baik akan mempersiapkan materi sebelum mengajar dengan mendalami berbagai informasi dari berbagai referensi guna menambah wawasan untuk dapat dibagikan kepada siswa-siswanya nanti.
Contoh untuk tahapan ini yaitu guru harus mampu membatasi materi pendidikan agama islam pada kelas 1,2,3 dan begitupun untuk kelas-kelas selanjutnya. Didalam memberikan materi pula, guru harus memilih mana materi yang harus di sampaikan di awal dan akhir, seperti guru harus menyampaikan bagaimana tata cara sholat sebelum siswa praktek sholat. Bagaimana tata cara takbiratul ikhram hingga salam serta bacaannya masing-masing ? maka hal inilah yang disebut dengan aktualitas, kedalaman dan keluasan materi.
Pada proses pengembangan materi yang berhubungan dengan Kopetensi Dasar dan Indikatornya dapat didiskripsikan melalui gambar dibawah ini. Penjabaran KD kedalam Materi:


KOPETENSI DASAR


INDIKATOR


·           Potensi pada siswa
·           Kesesuaian materi dengan kebutuhan peserta didik
·           Kesesuaian dengan karakteristis daerah
·           Struktur keilmuan
·           Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi.


MATERI
     
Pengembangan materi merupakan hal yang sangat komplek dalam proses pembelajaran. terkhusus bagi guru harus mengetahui kemampuan siswa dalam menangkap materi serta kopetensi apa yang harus dicapai setelahnya.  KD maupun Indikator tidak akan dilaksanakan dengan baik tanpa pengembangan materi yang baik. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk memperhatikan lima komponen diatas yaitu sebagai bahan acuan dalam mengajar materi yang mereka pegang. Berikut merupakan penjelasan dan contoh  keterkaitan antara Silabus dengan materi pembelajaran yang akan dikembangkan:
No
Kopetensi Dasar
Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Alokaasi waktu
Sumber bahan/ajar
1
Memuat kopetensi dasar hasil penjabaran dari standar kopetensi yang te;lah dirumuskan dalam kurikulum
Memuat materi pembelajaran hasil penjabaran masing-masing kopetensi dasar yang telah dirumuskan
Memuat alternatif pengalaman belajar siswa yang terpilih yang dapat dipakai untuk mencapai penguasaan KD (kegiatan yang dialami siswa ditulis dengan singkat), misalnya : mendengarkan, mencatat, mengamati, dll.
Memuat alokasi waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-masing kopetensi
Memuat jenis sumber bahan/ alat yang digunakan.
1
Mahasiswa dapat memahami pengertian dan hakekat strategi belajar mengajar
Pengertian dan hakekat strategi belajar mengajar
Mahasiswa mengkaji dan mendiskusiakan pengertian dan hakekat strategi belajar mengajar.
Tes tulisan
Tes lisan
Penugasan
Penilaian proses
Laptop
LCD
OHP
White board dan alat tulis




BAB II
KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN
Pengembangan materi merupakan suatu cara bentuk mengajar untuk menyampaikan materi secara keseluruhan yang mampu dipahami maupun dimengerti siswa secara keseluruhan. Pengembangan materi sangat perlu diperhatikan bagi guru dalam mengajar karena mengembangkan materi berarti tidak menyampaikan materi hanya karena kewajiban saja sebagai seorang guru, namun juga sebagai sebuah keprofesionalan guru dalam mengemban tugasnya yaitu mencerdaskan peserta didik sebagai bagian dari cita-citanya dan tujuan Pendidikan Nasional. Maka dalam hal ini ada lima komponen yang harus diperhatikan sebagai bentuk keberhasilan materi yang telah dikembangkan yaitu melihat kecocokan materi dari tingkat perkembangan siswa, potensi siswa, struktur keilmuan, dan aktualitas, kedalaman, serta keluasan materi. Berbagai komponen tersebut digunakan sebagai dasar pengembangan materi agar teknik pengolahannya benar-benar menciptakan hasil pembelajaran yang baik dengan standard penilaian, siswa mampu memahami materi dan mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka bukan hanya Standard Kopetensi dan Indikator saja yang tercapai sesuai dengan tujuan akan tetapi terbentuk pula para peserta didik yang memiliki potensi  dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.



DAFTAR PUSTAKA


Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta. PT rajagrafindo Persada.
Sugeng Listyo Prabowo.dkk. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Malang. UIN-Malik Press.
W.S. Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta. PT Gramedia.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenadia Group.
Zainiyati, Husniyatus Salamah. 2014. Ulumuna Jurnal Studi Keislaman: Model Kurikulum Integratif Pesantren Mahasiswa Dan UIN Maliki Malang. Vol 18 Nomor 1 (juni).

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905081984031NANA_JUMHANA/MAKALAH_PENGEMBANGAN_RENCANA_PELAKSANAAN_PEMBELAJARAN.pdf

No comments: