SEMANGAT BELAJAR: October 2017

Tuesday 17 October 2017

KOMUNIKASI VERBAL, PROSES DAN MAKNANYA

      

     1.      Pengertian Komunikasi Verbal
Semangatbelajarvika4- Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakuhkan baik tertulis maupun tidak tertulis. Tertulis yang dimaksud disini yaitu komunikasi melalui tulisan buku, surat kabar, atau media  lainnya yang mampu menghantarkan pesan antara si penulis dengan si pembaca contohnya ketika seorang membaca koran berita maka dia akan mendapatkan informasi dari koran tersebut tentang berbagai hal permasalahan yang tercantum didalamnya  sebagai bagian dari perwakilan pemberian informasi dari sang penulis kepada si pembaca , dan begitu pula dengan apa yang dimaksud komunikasi tidak tertulis yaitu adanya interaksi secara langsung dengan menggunakana kata-kata sebagai simbol dari tujuan pembicara yang ingin di ungkapkan kepada si pendengar  agar mampu menangkap dari apa yang di maksud contohnya berdialog antara guru dengan siswa, mendengarkan khutbah juma’at dll.



Anda memakai angka, kali, bagi, dan kurang. Ini kita sebut saja lambang verbal (verbal symbol).(Jalaluddin rakhmat (2005):68) Lambang verbal merupakan penggambaran  dari sebuah objek atau peristiwa yaitu yang mampu mewakili atau menggantiknnya untuk di tangkap oleh daya pikir manusia sebagai si pemilik bahasa tersebut. Sedangkan Kata-kata tertulis dan kata-kata lisan merupakan contoh yang  paling umum dari keberadaan sebuah simbol.(Fattah Hanurawan (2010):48)  Maka pengertian lambang  dari yang  telah di jelaskan tersebut , ada unsur mendasar  yang dimiliki oleh bahasa yang  tujuannya lebih dari sebuah lambang  yaitu pesan dari adanya lambang tersebut.
Pesan sangat berperan penting bagi adanya bahasa, karena adanya pesan tersebutlah yang membuat lahir dan berkembangnya bahasa. Pesan mampu mengubah  sebuah benda mati menjadi sesuatu yang bermakna contoh kain merah-putih yang  di kibarkan tentu semua orang akan sepakat bahwa itu adalah bendera ke negaraan Indonesia sekalipun tidak adanya tulisan bahwa itu adalah salah satu lambang bendera negara namun ternyata semua orang menebak hal yang sama sesuai dengan  lambang tersebut. Karena di samping adanya pesan ataupun makna juga adanya kesepakatan para pengguna bahasa untuk menyebut benda yang berwarna merah  dan putih itu nama lain dari  bendera yaitu negara Indonesia.
Dalam penggunaan alat komunikasi yaitu dengan komunikasi verbal selalu berkaitan dengan dua unsur yaitu bahasa dan kata, yang merupakan inti dari kalimat  ataupun paragraf  pikiran dalam tulisan maupun ungkapan. Berikut merupakan unsur pembentuk dari komunikasi verbal :
      a.       Bahasa
Bahasa merupakan sistem terstruktur sosial dalam bentuk pola suara (kata-kata atau kalimat) dengan makna yang bersifat baku atau berstandar.(Fattah Hanurawan (2010):48) Bahasa merupakan serangkaian lambang yang mampu mewakili objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan berbagai hal yang menyangkut tentang  hubungan yang mampu di gambarkan pada objek. Bahasa merupakan sarana utama dalam komunikasi karena didalamnya terdapat unsur-unsur penggunaan bahasa yaitu adanya makna, para-bahasa seperti adanya penekanan nada, volume suara , dan bahasa tubuh (kinesia) yang dilakuhkan secara bersamaan. Setiap bahasa memiliki peraturan tata bahasa yaitu bagaiman kata-kata harus disusun dan dirangkai supaya memberikan arti yang berkesan karena bahasa hanya dapat dipahami pada pengguna bahasa tertentu yang sebelumnya sudah di sepakati secara bersama dalam penggunaanya baik dalam tata bahasanya maupun pilihan katanya. Tata bahasa meliputi tiga unsur : fonologi, sintaksis, dan semantik. Menurut George A. Miller (1974:80), untuk mampu menggunakan bahasa tersebut, kita harus menguasai ketiga tahap pengetahuan bahasa di atas.(Jalaluddin rakhmat: 269)
      b.      Kata
Kata merupakan bagian dari unsur penyusun bahasa yang paling komplek. Karena kejelasan suatu bahasa yaitu dilihat dari kata-kata penyusun dari bahasa tersebut, semakin baik struktur kata yang digunakanmenandakan  semakin tinggi tingkat pemahaman pengguna bahasa tersebut. Hampir tidak dikatakan bukan bahasa apabila unsur pembentukannya bukanlah kata karena pada dasarnya kata menjadi lambang dalam menyampaikan makna dari bahasa tersebut.

STRATEGI PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (PENGERTIAN DAN RUANGLINGKUPNYA)



BAB I
PEMBUKAAN

   A.    Latar Belakang
Strategi pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam rencana belajar. Melalui strategi belajar akan memudahkan bagi guru untuk mengajar maupun memahamkan pembelajaran kepada peserta didik dengan terencana dan tersistemis. Sehingganya guru mampu menguasai kelas dengan produktif melalui pengembangan media. Media merupakan salah satu komponen dari strategi belajar yang memberikan peran penuh terhadap jalannya proses belajar mengajar dikelas karena semua alat-alat maupun sarana yang ada merupakan bagian dari media.
Penggunaan media tentu tidak sembarang dalam memilih yang sesuai dan tepat dengan materi, perlu keahliaan ataupun keterampilan untuk memanfaatkan media tersebut. Melalui hal inilah yang kemudian perlunya seorang guru mengetahui bagaimana cara mengembangkan media yang ada sehingga mampu di manfaatkan dikelas sehingganya peserta didik benar-benar memahami materi terutama yang berkaitan dengan visualisasi.

   B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan media ?
2.      Mengapa media sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar?
3.      Apakah media bagian dari sumber belajar?
4.      Apa saja macam-macam dari media ?
5.      Bagaimana cara mengembangkan dan memanfaatkan media ?

   C.    Tujuan pembahasan
Dalam proses pendidikan yang dikaitkan dengan pembahasan makalah ini, bertujuan agar guru dan peserta didiknya mampu memahami tentang Bagaimana Mengembangkan dan Memanfaatkan Media yang mampu dipahami dan memudahkan satu sama lain dalam proses belajar mengajar. Begitupun ruanglingkup apa saja yang menyangkut didalamnya.

BAB II
PEMBAHASAN

 A.    PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA SUMBER BELAJAR DALAM STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
1.      Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar” maka dengan demikian secara istilah, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.Dari pengertian tersebut penulis berpendapat bahwa media merupakan segala apapun alat maupun sarana yang memudahkan dan terjangkau dimana mampu membawa pesan ataupun informasi kepada si penerima dengan batas kemampuan yang telah di pertimbangkan sebelumnya.
Istilah media menurut Gerlach dan Ely memberikan pengertian media secara luas dan sempit . Adapun secara luas yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah setiap orang, materi, atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bertolak dari pengertian tersebut , media tidak hanya berupa benda, tetapi dapat berupa manusia dan peristiwa pembelajaran. Guru, buku teks, lingkungan sekolah dapat menjadi media. Adapun pengertian secara sempit yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan oleh guru yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan.
Pada penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa media memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Karena sifat media yang memudahkan, efesien, dan efektif bagi pengguna maupun penerima maka media menjadi salah satu hal yang tak pernah bisa terpisahkan dengan bidang pendidikan. Media menjadi sebagai hal yang urgen dalam mencapai proses pedidikan dengan tujuan yang di inginkan dari masing-masing pengguna di tambah pengaruh kemajuan dan kecanggihan tehnologi komunikasi seperti sekarang ini juga mampu menjadi pengaruh besar dalam perkembangan dan pemanfaatan media.

2.      Media Sebagai Alat Bantu
Telah kita ketahui pada pembahasan sebelumnya, selain perkembangan media yang sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan, tentu memiliki alasan lain pula yang menyebabkan media menjadi pembahasan dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai alat bantu.  Seorang guru menyadari bahwa tanpa bantuan media pelajaran akan sukar di cerna dan di pahami oleh anak didiknya apalagi mata pelajaran yang bersifat rumit dan membutuhkan sebuah objek yang real.
Maka dengan media, kesulitan pada guru dalam mengajar materi akan sangat terbantu. Apalagi setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kerumitan masing-masing dan hal ini akan menambah masalah baru dalam proses belajar mengajar seperti kejenuhan pada peserta didik, stress dalam memahami pelajaran dan berakibat tidak focus. Oleh sebab itulah maka media sangat membantu guru mengajar dengan sebaik mungkin dan semenarik mungkin sesuai dengan materi dan keadaan yang tentunya menjadi pertimbangan terlebih dahulu. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih di perhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara.

3.      Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.Media merupakan sebuah sarana yang mana digunakan sebagai sumber belajar peserta didik seperti buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, media pendidikan dan juga manusia. Karena itu, sumber belajar tak pernah terbatas dengan hal apapun, selama sumber tersebut memilki informasi ilmu maupun pengetahuan yang baru maupun lama yang dapat di tangkap dan menjadi nilai pendidikan siswa.
Sumber belajar disini bukan hanya pada guru saja yang pada umumnya gurulah yang berperan aktif dalam mengajari siswa. Akan tetapi sumber belajar yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.Sumber belajar disini adalah berbagai perangkat ilmu teknologi dari visual, audio, maupun audio-visual yang mampu menghantarkan kekreativan peserta didik maupun keamahiran guru dalam belajar mengajar sehingga menghantarkan rasa senang dan menciptakan semangat belajar didalam kelas.

4.      Macam-Macam Media
Pada pengklasifikasian media pada saat ini membagi media dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.
          a.       Jenis Media
1)      Media Auditif
media ini hanya memiliki kemampuan dalam bidang suara seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.
2)      Media Visual
Media ini mengandalkan hanya dalam bidang penglihatan dan hanya menampilkan gambar diam seperti film trip, slide foto, gambar atau lukisan dan cetakan. Bisa juga simbol yang bergerak seperti film kartun.
3)      Media Audiovisual
Media ini memiliki dua kemampuan yaitu dapat menampilkan gambar dan sekaligus suara sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik. Maka media ini di bagi menjadi audiovisual Diam yaitu media dan suara yang menampilkan gambara diam seperti sounslide dan Audiovisual Gerak yaitu media yang menghasilkan suara dan gambar bergerak seperti film suara dan vidio cassete.
          b.      Daya Liput Media
1)      Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Pada penggunaan media ini sifat dan daya liputnya tidak bergantung dengan ruang dan waktu seperti radio dan televisi. Selain lain itu, media dapat menyajikan sesuatu yang telah lama terjadi. Itulah sebabnya media dapat mengatasi kendala ruang dan waktu.
2)      Media Daya Liput yang Terbatas
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus membutuhkan tempat yang khusus.
3)      Media Pengajaran Individual
Media ini penggunaanya secara individu seperti pengajaran melalui komputer.
           c.       Bahan Pembuatan dari Media
1)      Media Sederhana
Pada dasarnya media ini dapat dibuat ataupun didapatkan dengan harga yang murah, mudah dan penggunaannya tidak sulit.
2)      Media Kompleks
Dalam media ini alat-alat yang dipergunakan mahal dan cara pembuatannyapun sulit dan dalam penggunaannyapun membutuhkan keahlian.
Dari klasifikasi pada pembagian media diatas, maka media sangat luas bentuk dan sifatnya hal ini dikarenakan media terus berkembang dalam kebutuhan serta penggunaanya dalam keseharian pada proses pembelajaran di bidang pendidikan. Perlu pemilihan dan perhatian dalam menggunakan media dimanapun dan jenis apapun tingkat kebutuhannya agar dalam penggunaanya lebih efesien dan efektif.
5.      Dasar Pertimbangan Pemilihan Dan Penggunaan Media
Sebelum kita memahami bagaimana mengembangkan dan memanfaatkan media, terlebih dahulu kita harus mengetahui dasar-dasar mengapa dipilihnya media yang akan dipresentasikan nanti kepada siswa. Tentunya kita pahami bahwa pemilihan media tidak sembarang sehingga tidak mendukung materi pembelajaran nanti yang akan dibahas. Maka dari itu berikut ini faktor-faktor penting dalam memilih mediapengajaran:


      a.       Objektivitas
Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi.Guru tidak diperbolehkan memilih media berdasarkan kesenangnnya ataupun hanya untuk memudahkannya. Akan tetapi guru harus memahami bahwa memilih media secara objektif, yaitu berdasarkan kemampuan siswa.
       b.      Program pengajaran
Media yang baik tentunya media yang disesuaikan dengan program pelajaran saat itu. Betapapun media dan pengajaran yang diberikan menarik namun tidak sesuai dengan program pengajaran kurikulumnya maka akan sia-sia.
      c.       Sasaran Program
Sasaran ini dimaksud yaitu anak didik yang akan menerima informasi. Media yang akan digunakan harus menyesuaikan perkembangan peserta didik. Tentu seorang guru harus menguasai psikologi siswanya. Dikarenakan ini yang menentukan baik tidaknya atau efektif maupun produktifnya suatu media pembelajaran. Namun dapat dijadikan sebuah acuan yaitu dikemukakan oleh pendapat Wina Sanjaya, pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan yang diperoleh; semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa.
      d.      Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi merupakan bagian dasar pertimbangan pemilihan media. Karena disamping media baik untuk diberikan, juga tetap mempertimbangkan keadaan. Perhatian pada keadaan yang dimaksud yaitu dalam memilih media tetap harus mempertimbangkan kelayakan dan kesesuaian dalam belajar. Adapun kondisi yang dimaksud yaitu kondisi sekolah ataupun kelas, dan berbagai aspeknya. Juga kondisi siswa yaitu jumlahnya, psikologi siswa, motivasi belajar, dll.
      e.       Kualitas Tehnik
Kualitas tehnik yang dimaksud yaitu kelengkapan dari media. Dalam penggunaannya nanti media harus benar-benar telah layak dipergunakan seperti apabila menggunakan vidio, apakah vidio sudah diolah dengan baik sehingga menampilkan gambar yang jelas, menarik atau tidak terjadinya kerusakan pada vidio tersebut sehingganya dalam proses belajar nanti dapat di tampilkan dengan layak.
      f.       Keefektifan, efesiensi dan komunikatif dalam penggunaannya
Berkenaan dengan hasil maupun proses yang dicapai melalui meda tersebut sesuai dan sangat baik untuk di berikan dalam proses pembelajaran nanti. Keefektifan berkenaan dengan melalui media mampu menyampaikan informasi kepada siswa dan siswa mampu menyerap informasi tersebut sebaik mungkin. Efesien artimya memilki daya guna ditinjau dari segi cara penggunaannya waktu dan tempat. Adapun efesien yang lainnya diartikan pada tenaga, dan biaya yang dikeluarkan sedikit mungkin. Adapun sifat media yang harus dimiliki pula dalam menggunakannya yaitu komunikatif. Komunikatif yaitu media tersebut mampu dipahami oleh peserta didik. Memang sangat sulit dalam memperhatikan ketiganya. Namun diharapkan seorang guru mampu menciptakan media dengan kriteria tersebut dengan tidak mengesampingkan satu sama lain.

6.      Pengembangan dan Pemanfaatan Media
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan dalam suatu bidang pendidikan. Maka pengembangan pada media dalam proses belajar mengajar berkaitan langsung dengan pemanfaatan karena pemanfaatan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan hal, cara, hasil kerja dalam memanfatkan sesuatu yang berguna.
Pengembangan dan pemanfaatan media  merupakan bagian dari usaha guru dalam mempergunakan suatu media dengan terampil sesuai dengan keahlian dan peranan mereka yang nantinya membantu dalam mempermudah peserta didiknya dalam mencerna dan memahami sebuah materi pelajaran. Bukan hanya pada peserta didik namun bagi seorang guru pun dengan mengembangkan media yang diterapkan lewat penyamapaiaan materi mereka, akan sangat membantu untuk memperlancar dan memudahkan memberikan informasi dengan baik sehingga kesulitan guru dalam menyampaikan materi akan mudah di atasi dengan peran media.
Seperti yang sudah kita ketahui pada pembahasan sebelumnya, media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana (1991) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, yaitu :
      a.       Penggunaan media dalam pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
    b.      Penggunaan media yang merupakan bagian yang integral (keseluruhan mencangkup semua bagian) dalam situasi belajar. Maka hal ini berarti media salah satu unsur yang harus di kembangkan oleh guru.  
     c.       Media memilki sifat yang integral maka akan berkesinambungan dengan isi materi, maka fungsi media dalam penggunaan (pemanfaatannya) sesuai dengan tujuan dan bahan ajar.
     d.      Media bukan semata-mata sebagai alat hiburan akan tetapi melengkapi materi agar lebih menarik perhatian siswa.
     e.       Penggunaan media yang lebih di utamakan oleh guru adalah untuk mempercepat proses mengajar dan sekaligus membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
    f.       Penggunaan media diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar yaitu hasil belajar yang dicapai akan selalu di ingat sehingga mempunyai nilai tinggi.
Dalam pelaksanaan media sebagai fungsi-fungsinya tentu media memiliki peranan dalam tersendiri dalam proses belajar mengajar yaitu :
    a.       Sebagai penjelasan dari keterangan terhadap materi pelajaran yang guru sampaikan.
   b.      Media akan berperan sebagai stimulasi bagi belajar siswa sehingga siswa aktif untuk bertanya.
   c.       Media mampu memberikan gambaran yang konkret sehingga menjadi bagian dari sumber belajar siswa.
Berdasarkan dari fungsi dan peranan tersebut maka tentunya guru tidak sembarangan dalam memilih maupun menyajikan media kepada siswa karena hal tersebut bagian dari prinsip yang sangat penting dalam rangka pengembangan dan pemanfaatannya agar dalam proses belajar mengajar tercipta sesuai dengan tujuan maupun hasil yang telah di tetapkan sebelumnya.
Mengembangkan media dan juga memanfaatkannya sangat bergantung dengan kemahiran guru dalam memahami psikologi siswa, tujuan metode, dan kelengkapan alat bantu. Sehingga ketika guru mempertimbangkan berbagai aspek tersebut dalam memilih media akan terencana dan tersistematis dengan baik.
Agar media dapat dipergunakan dengan efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran, ada tiga langkah utama yang perlu di ikuti dalam menggunakannya,  yaitu:
       a.       Persiapan sebelum menggunakan media
1)      Persiapan buku petunjuk atau buku referensi yang akan di pelajari.
2)      Menentukan tujuan yang akan dicapai sehingga pikiran dan perhatian terarah pada media yang digunakan.
3)      Peralatan media ditempatkan dengan strategis sehingga mampu di jangkau dari segala arah.
4)      Menciptakan suasana yang nyaman dalam belajar seperti menghindarkan perhatian dan konsentrasi dalam belajar.
    b.      Penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.Dalam penyajiannya guru dituntut untuk mampu menyajikan dengan baik dari isi media yang telah dirancang sebelumnya. Media dipergunakan untuk membantu tugas guru dalam menjelaskan  bahan pelajaran.
     c.       Kegiatan setelah menggunakan media
Guru mengevaluasi media yang digunakan terhadap tingkat keberhasilannya yang kemudian menentukan langkah-langkah dalam mengembangkannya untuk selanjutnya.
Media sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar yaitu membantu memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidak mampuan guru itulah yang dapat diwakili dengan media. Berikut merupakan manfaat dari menggunakan media :
1)      Dengan media dapat menggambarkan dasar-dasar yang nyata atau konkret.
2)      Mampu memperbesar minat belajar pada siswa.
3)      Melalui media mampu meletakkan dasar belajar yang kemudian dapat dikembangkan.
4)      Memberikan pengalaman yang nyata dan menumbuhkan sifat mandiri.
5)      Menumbuhkan pemikiran yang tersistematis dan berkesinambungan.
6)      Bahan materi akan lebih jelas maknanya sehingga mampu dipahami oleh siswa.
7)      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak hanya tutur kata oleh guru saja.
8)      Siswa lebih banyak melakuhkan kegiatan belajar karena bukan hanya mendengarkan penuturan guru namun juga mengamati, melakuhkan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Pada pengembangan dan pemanfaatan media tidak terlepas dari pengaplikasian seorang guru pada alat maupun teknik dalam menggunakan media. Sehingga dalam strategi pembelajaran, media merupakan salah satu sumber belajar yang membutuhkan  perencanaan yang baik dari pemilihan media, metode maupun teknik yang di sesuaikan dengan materi.




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

   A.    KESIMPULAN
Dari berbagai masalah yang telah dibahas dalam pokok materi ini, maka dapat disimpulkan bahwa media akan terus berkembangan seiring dengan pemanfaatannya pada proses belajar mengajar. Media merupakan sarana ataupun alat yang dipergunakan sebagai pembawa informasi dalam mempermudah proses pembelajaran. Sehingga media ataupun yang paling sering disebut alat ini mampu memudahkan pemahaman para peserta didik tentang suatu obyek yang abstrak dapat di visualisasikan dengan jelas dan dapat diamati.
Perkembangan media dan pemanfaatannya selalu berkaitan dengan alat-alat yang dimiliki oleh guru ataupun yang mampu dipahami oleh peserta didik sehingga dalam penyesuaian perkembangan dan pemanfaatannya selalu berkaitan dengan jumlah maupun kapasitas bahan ataupun alat yang ada dan begitu pula terhadap kemahiran guru dalam menggunakannya.
Dapat diketahui pula, hubungan pengembangan dan pemanfaatan media dengan strategi belajar siswa adalah sebuah usaha berupa perencanaan yang dilakuhkan seorang guru dalam menciptakan belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dalam mencapai keberhasilan belajar.

   B.     SARAN
Setelah kita mengetahui betapa pentingnya media terhadap bagian dari strategi belajar siswa. Maka diharapkan dan disarankan kepada para calon guru terutama guru bahasa Arab. Mampu menggunakan dan memanfaatkan media dengan seksama dan semaksimal mungkin sebagai bagian dari kreasi bahasa. Sehingga pembelajaran di dalam kelas tercipta pembelajaran yang menarik namun aktif, kreatif dan efektif yaitu sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dimana selain memudahkan guru memahamkan kepada siswa tentang bidangnya. Juga guru mampu melihat tingkat pemahaman siswa melalui, mampu mengkreasikan belajar mereka dengan berinteraksi melalui media yang tentunya mudah didapatkan dan mereka kuasai dan sudah dipertimbangan oleh guru sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Rosyid. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang. UIN-Malang Press.
Prabowo Sugeng Listyo, dkk. 2010. Perencanaan Pembelajara. Malang. UIN-Maliki Press.
Sanjaya, Wina.2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup.
Sardiman. 2011.  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali Pers. 
Syaiful Bahri Djamarah. 2010. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta. Rineka Cipta.


APA DAN BAGAIMANA KOMUNIKASI NON VERBAL


    
      1.      Komunikasi Non Verbal
Non verbal merupakan sebuah sumber informasi dalam membantu membentuk persepsi orang  lain.  Apabila komunikasi verbal lebih pada penggunaan kata-kata maupun bahasa, penggunaan komunikasi non verbal yaitu pada beberapa hal penguat dalam berkomunikasi selain pada penggunaan bahasa dan kata tersebut yaitu mimik muka,  prilaku dalam gerakan tubug dll.
a.       Fungsi pesan nonverbal
Berikut merupakan beberapa fungsi dari mengapa komunikasi non verbal dipergunakan sedang bahasa sendiri telah sanggup menyampaikan informasi kepada orang lain :
a)      Repitisi, merupakan sebuah bentuk pengulangan kembali dari suatu gagasan yang sebelumnya telah di ungkapkan secara verbal misalnya ketika seseorang mengatakan tidak maka akan disertai dengan menggelengkan kepala.
b)      Subtitusi, menggantikan lambang-lambang verbal seperti melambangkan persetujuan kepada pendapat orang lain tanpa mengucapkan sepatah katapun dengan menunjukan jari ibu kepada orang yang dimaksud atau dengan menganggukkan kepada.
c)      Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain dari mengucapkan  pesan verbal tersebut misalnya memuji prestasi teman namun dengan cara mencibir  “hebat, kau memang hebat”.
d)     Komplemen, memeperkaya dan menambah makna dari pesan verbal yang di ucapkan seperti jika sedih dengan menambahkan mimik muka yang menunjukan rasa kesedihan yang mendalam.
e)      Aksentuasi, memeberikan pengesanan atau ketegasan pada pesan yang di ungkapkan oleh bahasa verbal seperti jika seorang menunjukan rasa marah dengan berteriak dan menghentakkan meja.
Dari beberapa fungsi di atas dapat kita ketahui bahwa ternyata masih adanya kelemahan yang dimiliki pada penggunaan bahasa verbal yaitu yang dilihat pada sudut pandang bahasa verbal  kurang  sempurna dalam berkomunikasi jika tanpa bahasa non verbal karena  dengan bahasa non verbal ternyata manusia dapat berkomunikasi dengan baik. Hal inilah yang kemudia para ahli bahasa dan psikologi mempelajari bahasa non verbal. hal ini di sebabkan bahasa non verbal sangat menentukan makna dalam komunikasi karena dengan pesan non verbal bahasa-bahasa verbal yang tidak lengkap dalam percakapan dapat diberi arti. “ barang kali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan antara interaksi di lakuhkan dnegan kata-kata.” Sisanya di lakuhkan dengan pesan nonverbal. Mehrabian, penulis The Silent Message, bahkan memperkirakan  90% dampak pesan di akibatkan oleh pesan nonverbal.[5]
Adapun alasan lain mengapa dalam komunikasi verbal perlu menggunakan komunikasi non verbal pula diantaranya yaitu
a)      Ketika emosi atau menunjukkan perasaan akan lebih cermat ketikan di smapaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal.
b)      Pesan nonverbal merupakan bagian dari penyampaian makna dan maksud yang terbebas dari penipuan maupun kerancuan karena pesan ini jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
c)      Komunikasi nonverbal juga akan lebih komunikatif yaitu memebrikan komunikasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan.
d)     Melalui komunikasi nonverbal waktu dapat dipergunakan seefesien mungkin karena di dalam penjelasan verbal lebih banyak pesan yang ambigu, repitisi dll.

b.      klasifikasi pesan nonverbal
klasifikasi pedan nonverbal ini di ungkapkan oleh Ducan seorang ahli psikologi yang telah menyebutkan enam jenis pesan non verbla diantaranya:
a)      Pesan kinesik yaitu pesan yang menggunakan gerak tubuh yaitu meliputi pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Pesan fasial merupakan pesan yang menggunakan mimik muka untuk menyampaikan makna tertentu kepada yang diberi pesan. Adapun kelompok makna itu terdiri dari rasa senang, sedih, terkejut, takut, marah, muak, mengecam, minat, takjub, dan tekad.
Pesan gestural yaitu menunjukan pesan dengan menggunakan sebagian anggota badan untuk berkomunikasi dengan berbagai makna seperi menggunakan gerakan mata dan tangan. Pada penggunaan pesan ini biasa di tunjukkan untuk menunjukkan perasaan positif atau negatif, memperhatikan dan tidak memperhatikan, menyetujui dan menolak dll.
Pesan postural yaitu berkaitan dengan pesan seluruh anggota badan seperti contohnya postur badan pada ABRI ketika berdiri tegak tentu akan berbeda dengan postur murid yang berdiri menghadap gurunya. Dalam pesan ini pun dibagi kedalam beberapa pesan yaitu dari makna yang di sampaikan postur yaitu immediancy merupakan ungkapan kesukaan dan tidak suka terhadap individu lain, seperti postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukan kesukaan. Power yaitu pesan yang menyatakan status seperti postur orang yang tinggi hati dengan orang yang merendah akan bersikap berbeda jika berdiri atau berprilaku. Responsiveness yaitu suatu reaksi yang di tunjukkan pada suatu keadaan lingkungan seperti orang yang terkaget karena melihat kecelakaan temannya.
b)      Pesan proksemik yaitu pesan yang di smapaikan dengan melihat jarak waktu dan ruang. Contohnya di negara lain yang mengukur etnis yang berbeda maka akan melakuhkan pengaturan jarak di antara mereka, atau perbedaan warna kulit akan mengukur jarak dengan warna kulit gelap, dan sebagainya.
c)      Pesan artifaktual merupakan pesan yang diungkapkan oleh penampilan seperti tubuh, pakaian dll. Dalam hal ini pesan pada diri seseorang dapat tergambar dari penampilannya bahkan dari segi pakaian yang gunakannya karena  pada umumnya pakaian yang dipergunakan untuk memperlihatkan identitas untuk mengungkapkan kepada orang lain atas status sosial seperti contohnya seragam SMA akan berbeda dengan seragam SD.
d)     Pesan paralinguistik yaitu pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara menyampaikan pesan verbal yaitu terdiri dari nada, kualitas suara, volume, kecepatan,dan ritme. Pesan verbal yang sama dapat menyampaiakan arti yang berbeda-beda jika di ucapkan seperti pemenggalan kata berikut dalam menunjukkan ucapan:
Ayah sidin mengambil rantai anjing
-        Ayah, sidin mengambil rantai anjing !
-        Ayah sidin, mengambil rantai anjing.
-        Ayah sidin mengambil rantai, anjing?
Pengucapan tersebut memiliki intonasi yang berlainan dan akan memberikan pesan yang lain pula seperti menunjukkan keraguan, pertanyaan, keyakinan, dan penolakan.
e)      Pesan sentuhan dan bau-bauan (tactile and olfactory message)
Penelitian tentang pesan ini masih jarang di lakuhkan. Sentuhan dan bau-bauan biasanya akan memberikan sebuah pesan tersendiri dalam berkomunikasi.
f)       Sensitivitas kulit merupakan bagian dari penentu pesan yang di sampaiakn. Sejak dulu manusia manusia memilki berbagai kemampuan dalam berbagai hal seperti kemampuan menerima dan membedakan berbagai emosi yang di sampaikan oleh yang lain dan salah satunya yaitu melalui sentuhan. Seseorang dapat melihat keakraban dan kasih sayang melalui sentuhan seperti kasih sayang ibu kepada anaknya selalu di lakuhkan dengan sentuhan seperti mengusap air matanya saat menangis dll. 


REFERENSI


Jalaluddin rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2005), hlm.68.
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2010), hlm.48.

CARA MEMBUAT RPP, MENGEMBANGKAN MATERI DAN MERANCANGNYA


Semangatbelajar- kali ini akan membahas mengenai Cara merancang bahan materi yang akan disajikan dalam proses pembelajaran yaitu menentukan materi hingga mengembangkannya kedalam bentuk RPP. (Lalu apabila kalian membutuhkan materi ini, silahkan untuk dijadikan referensi dan mencantumkan alamat Link materi ini) :

BAB I
PEMBAHASAN

A.    MENGEMBANGKAN MATERI
Pengembangan materi merupakan tahap berikutnya setelah menyusun, merancang dan mengembangkan kopetensi dasar dan indikator. Karena materi merupakan bagian dari proses pencapaiaan indikator kopetensi yang telah ditetapkan. Pengembangan Materi beracuan pada kopetensi apa yang akan dicapai.oleh karena itu, dalam mengembangkannya tentu memiliki aspek-aspek atau unsur-unsur apa saja yang harus termuat didalamnya sehingga ketika seorang guru akan menyampaikan materi pembelajaran tidak terlalu melebar juga tidak terlalu menyempit dalam muatan informasi.
Bukan hanya itu saja, dengan cara mengembangkan materi pula. Dalam pengembangannya bukan hanya yang diharapkan materi lebih berkembang dan meluas namun juga dalam tujuan pendidikan materi yang diharapkan yaitu berbobot dan berkualitas. Materi memiliki kualitas pendidikan yang tinggi dengan beberapa point yang dititik beratkan dan berbagai informasi pendukungnya maka akan lebih memudahkan siswa menyerap materi, disamping mereka harus memahami materi pelajaran yang lainnya.
Betapa sangat pentingnya dalam pengembangan materi setelah dirancangnya SK dan indikator kopetensi karena melalui materi ajar inilah nantinya yang akan mewujudkan atau mengaplikasikan kedua rancangan tersebut. Bahan pembelajaran merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik. Pelayanan individu dapat tercipta dengan baik melalui bahan pembelajaran yang memang dikembangkan secara khusus. Meteri  atau bahan pembelajaran merupakan alat atau sarana untuk mengaplikasikan ataupun menjelaskan tujuan cita-cita pendidikan yang telah dicanangkan. Oleh karena itu, pengembangan dibutuhkan dalam materi pembelajaran yang mampu menguraikan tugas maupun unsur terkait didalamnya yang menarik perhatian siswa dalam mempelajari lebih mendalam materi tersebut. Mengacu dari tujuan pendidikan maka dalam pengembangan materi ,beberapa hal yang perlu dijadikan acuan; 1) tingkat perkembangan, 2) potensi peserta didik, 3) relevansi dengan karakteristik daerah, 4) struktur keilmuan, 5) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi.

   1.      Tingkat Perkembangan
Pada kurikulum 2004 diperlukan pengembangan pembelajaran untuk kopetensi secara sistematis dan terpadu; agar siswa dapat menguasai setiap kopetensi secara tuntas (mastery learning). Setiap peserta didik tentu memiliki tingkatan potensi dari setiap perkembangan cara berpikir mereka dan potensi ini akan terus berkembang hingga mereka dewasa. Cara berpikir sangat dipengaruhi oleh umur mereka. Itulah sebabnya, dalam pendidikan formal atau yang biasa disebut sekolah atau madrasah memiliki tingkatan kelas masing-masing yang disesuai dengan umur mereka. Mengapa demikian?, karena hal itu sesuai dengan kerja biologis susunan tubuh mereka yang masih terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai mereka dewasa dan hal ini berpengaruh dengan struktur otak, jaringan saraf, maupun panca indera yang mereka miliki.
Dari hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa setiap pendidikan formal dibedakan berbagai tingkatan dari yang pendidikan terendah seperti Pendidikan Anak usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi. Semuanya memiliki tujuan yang sama dalam pendidikan namun memiliki bobot keilmuan masing-masing dalam setiap tingkatan hal ini disesuaikan dengan tingkat kedewasaan atau biasa disebut dengan unsur kesadaran. Semakin tinggi tingkat kesadaran siswa terhadap suatu objek maka akan semakin tinggi tingkat kebutuhan dalam perkembangan keilmuan mereka khususnya pada struktur pendidikan.
Adapun dalam penjelasan diatas oleh Jean Piaget telah diklasifikasikan berdasarkan karakteristik perkembangan kognitif. Secara umum Kognitif  diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; Pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi (evaluation). Sedangkan secara umum yang dimaksud dengan kognitif yaitu suatu bentuk perkembangan dalam pola pemikiran yang rasional atau secara akal. Berikut merupakan Klasifikasi karakteristik perkembangan kognitif dari Piaget yaitu:
Karakteristik Perkembangan Kognitif dari Piaget
Tahap
Usia
Karakteristik
Sensorimotor
0-2 tahun
ü  Menggunakan imitasi, ingatan, dan berpikir.
ü  Mengenali objek yang menghilang sebagai benar-benar terjadi
ü  Perubahan dari refleks ke perilaku menuju goal
Praoperasional
2-7 tahun
ü  Bahasa mulai berkembang dan mulai mampu berpikir dalam bentuk simbolik
Operasi Konkrit
7-11 tahun
ü  Mampu menyelesaikan masalah konkrit secara logis
ü  Memahami konservasi, klasifikasi dan mengurutkan
ü  Memahami reversibilitas
Operasional Formal
11 tahun ke atas
ü  Mampu menyelesaikan masalah abstrak dengan logis
ü  Lebih ilmiah dalam berfikir
ü  Mulai memikirkan masalah-masalah sosial dan identitas

Dari bagan tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan dari setiap umur peserta didik ditentukan oleh perkembangan kognitif mereka. Begitupun dalam  cara belajar mengajar maupun materi yang harus mereka peroleh dalam proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran sekolah.
Telah diketahui pada penjelasan diatas menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat mempengaruhi tingkat perkembangan pola berpikir siswa. Diketahui pula pola berpikir siswa berbeda-beda dari satu tingkatan umur dengan tingkatan umurnya yang lebih tinggi. Adapun secara terperinci perkembangan kognitif siswa dapat diketahui berdasarkan periodesasi tingkah laku dan cara berpikir mereka sebagai berikut:

·         Periode Sensorimotor
Sub-tahapan skema reflex
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer
Sub-tahapan kooedinasi reaksi sirkular sekunder
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder
Sub-tahapan awal representasi simbolik
·         Periode praoperasional
Perkembangan keterampilan berbahasa mempresentasikan benda-benda dengan kata-kata gambar
Berdifat egosentris
·         Periode operasional konkrit
Pengurutan;
Klasifikasi;
Decentering;
Konservasi
Pengilangan sifat egosentrisme
·         Periode operasional formal
Berpikir abstrak
Menalar secara logis
Menarik kesimpulan dan informasi yang tersedia

Dalam pola pembelajaran periodesasi yang berdasarkan pada perkembangan kognitif yang telah di jelaskan pada masing-masing bagan tersebut menyatakan bahwa proses pengembangan pendidikan tidak akan terlepas dari mampu tidaknya siswa menerima materi yang akan diberikan. Hal ini berkaitan pada pengembangan materi yang disesuaikan kepada kemampuan siswa akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mampu mengembangkan potensinya yang tentu di arahkan kepada cita-cita pendidikan, berkembang secara optimal. Contohnya saja beradasarkan tingkat kesadaran siswa ataupun pengalaman belajar mereka tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Adapun bagi peserta didik yang memilki daya kecepatan untuk belajar, dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam kelas tersebut. Begitupun sebaliknya, bagi siswa yang memiliki kelambanan dalam belajar, akan sangat leluasa utuk terus mengulangi pembelajarannya, karena mereka berlokasi dilingkungan yang benar-benar kondusif untuk kemampuan mereka secara lebih baik.
Namun yang harus diketahui dalam muatan materi pendidikan bahwa semua materi pelajaran dapat dikembangkan tetapi untuk kandungan didalamnya tentu mengarahkan pada diri siswa untuk membentuk kepribadian yang unggul. Dalam pengembangan materi pelajaran, dapat dianalisis secara mendalam bahwa ada beberapa point penting yang diutamakan dalam tingkat pendidikan yang ditanamkan bagi peserta didik dari masa kanak-kanak hingga dewasa yaitu norma-norma dan nilai-nilai. Hal ini berkaitan dengan pendidikan kemanusiaan yang membentengi diri mereka sebagai berkepribadian yang bermoral dan berakhlak. Materi inilah yang terus berkembang dari satu tingkatan dasar ke tingkatan lebih tinggi dengan porsi kebutuhan materi yang lebih mendalam pada bidang tersebut. Tentunya hal ini memberikan pengertian bahwa butuh adanya pengembangan materi dari periode satu keperiode lainnya untuk membekali siswa pada ilmu yang luas dan mendalam.

   2.      Potensi Peserta Didik
Pengembangan materi tentu beracuan pada kopetensi peserta didik. Menurut Mc Acshan dan Sutrisno memberikan pengertian kopetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakuhkan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa setiap peserta didik memiliki kopetensi yang ada pada diri mereka baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor yang memang merupakan bagian dari pribadi yang ada pada diri mereka sejak dilahirkan dan hal ini akan terus berkembang seiring dengan pengetahuan yang mereka miliki. Oleh karena itulah potensi tersebut dapat menjadi acuan dalam memilih materi yang disesuaikan dengan pola pikir siswa.
Menurut UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (2), bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan segala prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi  daerah dan peserta didik. Biasanya sekolah dengan Standar Nasional menerapkan sebuah ujian kelulusan pendaftaran sebelum masuk sebagai calon siswa hal ini disebut dengan intake. Intake tersebut yang akan membantu seorang guru untuk memahami sebagian dari potensi siswa yaitu dari aspek intelegensi  yang bukan berarti mengesampingkan aspek yang lainnya. Namun, jelaslah kiranya bahwa taraf intelegensi memegang peranan besar terhadap taraf prestasi belajar siswa, lebih-lebih dalam bidang studi yang menuntut banyak berpikir. Sekolah tersebut tentu memiliki standar materi tersendiri dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Sehingganya para siswa yang masuk memang dikhususkan untuk siswa yang harus memenuhi ataupun memiliki intake yang tinggi.
Berkaitan dengan potensi yang dimiliki siswa. Setiap manusia memang diberikan kemampuan dasar sejak lahir dan hal itu meliputi kamampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun dalam diri mereka ada yang lebih mendasar lagi dari potensi-potensi itu yaitu yang disebut potensi khusus. Potensi khusus adalah potensi yang dimiliki siswa namun lebih cenderung cepat berkembang dibanding dengan potensi yang lain. Kecenderungan ini karena adanya kesukaan, motivasi, dan minat mereka sesuai kemampuan dasar yang mereka miliki. Maka dari hal ini, potensi khusus akan memudahkan guru dalam melihat seberapa jauh pemahaman siswa dalam memahami informasi abstrak. Karena kecepatan pemahaman dalam informasi abstrak yang didapatkan menunjukkan kemampuan seorang siswa dalam cepat memahami dan menguasai materi. Hal inilah mengapa intake menjadi salah satu cara sekolah-sekolah khusus untuk mencari siswa-siswi baru yang sesuai dengan standard kopetensi yang tentunya berkaitan langsung dengan materi yang dikembangkan dalam sekolah tersebut.
Selain kedua hal tersebut yaitu yang berorientasi pada siswa. Pada pengembangan materi juga selalu dilakuhkan analisis yaitu analisis kontekstual. Analisis kontekstual adalah sebuah proses untuk menementukan bagaimana untuk menangani teks berdasarkan karakter sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, analisis kontekstual dalam perkembangan materi yaitu sebuah analisis materi yang dilakuhkan bukan hanya berorientasi pada objek perkembangan interaksi pada siswa saja. Namun juga berorientasi dengan keadaan sekitar siswa yang mendukung interaksi tersebut. Analisis kontekstual yang pertama disebut analisis orientasi yaitu sebuah analisis yang melihat tujuan pembelajaran disekolah sebagai dasar dalam mengembangkan materi. Karena tujuan sekolah tentu mempengaruhi kurikulum maupun berbagai pembelajaran didalamnya yaitu yang paling berpengaruh pada materi yang kembangkan.
Analisis yang kedua yaitu analisis intruksional yaitu lebih berorientasi pada keadaan fisik lingkungan dalam mendukung proses belajar mengajar berupa keadaan dan fasilitas kelas seperti tempat duduk guru maupun siswa, keadaan ruangan, dll. Analisis yang terakhir yaitu analisis transfer merupakan pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau kekehidupan sehari-hari diluar lingkungan pendidikan sekolah. Analisis ini berkaitan dengan tujuan pada akhir pembelajaran yang berkaitan dengan pola pikir siswa dalam menghadapi kehiduapan nyata. Dalam analisis ini, diharapkan materi yang dikembangkan sangat bermakna dalam menghadapi kehidupan siswa yang hakikatnya sebagai makhluk sosial contohnya berinteraksi dengan sesama, mencari pekerjaan dll.
Pada dasarnya keseluruhan materi tersebut merupakan analisis mendalam yang harus dilakuhkan guna untuk mengembangkan materi juga pengaruh mengembangkan pengetahuan siswa sesuai dengan kapasitas keperluan mereka dalam mengetahui pembelajaran tersebut.

   3.      Karakteristik Daerah
Mengembangkan materi yang baik tentu memperhatikan berbagai aspek kehidupan pada sosial, budaya, agama dll. Hal tersebut tentulah sangat berpengaruh pada kehidupan mereka. Seorang siswa mampu memahami pembelajaran dengan baik karena adanya ilmu yang kemudian mereka praktekkan. Karkteristik daerah tentu sangat mempengaruhi pengembangan materi. Mengapa demikian? Karena masing-masing daerah memiliki karakter pembawaan, kebiasaan, dialog dan masih banyak yang lainnya sesuai dengan daerah mereka masing-masing dan berbagai karakter tersebut menjadi bagian dari keunggulan dan nilai luhur. Pengembangan materi membutuhkan karakter masing-masing dari daerah tersebut.  Sehingga pengembangan materi benar-benar menjadi cerminan jati diri siswa yang akan terus berkembang berinteraksi dalam daerah mereka.
Memperhatikan karakteristik daerah, merupakan bagian dari tehnik mengembangkan materi agar materi tersebut benar-benar menjadi bagian dari kehidupan siswa sehingga materi yang disampaikan dapat dicerna dengan baik. Materi/ bahan pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa. Seperti dapat dilihat pada karakter siswa di pedesaan dengan siswa di perkotaan tentu memiliki karakter berbeda dalam belajar memahami materi.
Maka dari hal tersebut, pengembangan materi tidak bisa diabaikan dari lingkungan kehidupan yaitu keberadaan daerah interaksi siswa. Pengembangan materi walaupun berpatokan pada kopetensi yang mungkin sama antara daerah satu dengan daerah yang lain, tetapi harus memperhatikan keragaman-keragaman dari masing-masing daerah tersebut. Mengapa demikian, agar materi yang disampaikan benar-benar sesuai dengan pandangan kehidupan mereka, sehingganya materi dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya pembelajaran Matematika dengan diberikan contoh hitung-hitungan melalui penjabaran tentang interaksi hitung-menghitung diligkungan pertanian atau perdagangan yang ada didaerahnya hal itu akan lebih memberikan makna betapa pentingnya mempelajari matematika dalam menghitung panen atau hasil laba perdagangan.

   4.      Struktur Keilmuan
Pada bidang keilmuan di struktur pendidikan, pengklasifikasian ilmu dalam beberapa bidang tentu sangat penting. Hal ini sebagai pembatasan ataupun penanda jika ilmu-ilmu yang sangat luas dibentuk dari beerbagai bidang atau rumpun yang didalamnya memuat kegunaan dan fungsi masing-masing. Bidang ilmu-ilmu tersebut biasanya dengan klasifikasi kategori rasional, abstrak dan aplikasi. Suprayogo mengembang keilmuan kedalam tiga bidang yaitu Ilmu Alam, Ilmu sosial, dan Ilmu Humaniora yang dari setiap bidangnya tumbuh berbagai cabang ilmu. Perkembangan ilmu tersebut terus menyumbangkan ilmu-ilmu yang saling berkaitan hingga menemukan ilmu-ilmu baru. Hal ini karena adanya sumbangan pemikiran rasioanal dan eksperimen dari manusia dalam menguak ilmu yang masih tersimpan dikehidupan ini. Tidak terlepas dari hal itu pula, adanya kekuatan yang Maha Besar  dari Sang  Pencipta hingga ilmu-ilmu tersebut ada dan terus diperdalam oleh para akar ilmuan sampai detik ini. Di sadari bahwa pernyataan itu telah tercantum dalam Al-quran dan Al-hadist yang memang sebagai pedoman hidup manusia.
Melalui hasil pemikiran berupa hasil eksperimen dan juga logika dengan ditambah berlandaskan pada Al-quran dan Al-hadist lahirlah berbagai ilmu pengetahuan. Bidang Ilmu Alam terdiri dari ilmu yang bersifat logika seperti ilmu biologi, ilmu fisika, ilmu kimia. Bidang ilmu sosial yang bersifat abstrak terdiri dari ilmu antropologi, ilmu sejarah, ilmu phisikologi, dan ilmu sosial. Sedang bidang ilmu Humaniora  terdiri dari ilmu seni, ilmu filsafat, dan ilmu bahasa atau sastra.  Adapun ilmu yang lahir dari Al-quran dan Al-hadist yaitu ilmu aqidah, ilmu akhlak, ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu nahwu dan sharaf dll. Dari cabang ilmu tersebut kemudian saling berkaitan satu sama lain dan melahirkan ilmu-ilmu baru.
Mempelajari secara mendalam tentang bagaimana struktur ilmu tersebut dapat terus berkembang maka akan lebih mempermudah bagaimana menentukan ilmu yang mana yang tepat diajarkan sesuai dengan jenjang pendidikan. pemilihan pokok bahasan juga bidang kajian akan lebih mudah dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya ilmu satu dengan yang lain saling berkaitan contoh seperti pembelajaran dalam bidang phisikologi dengan pembelajaran bimbingan konseling keduanya berlatar belakang sama pembahasan dan kajiannya pun hampir sama. Namun setelah dipelajari lebih mendalam keduanya terlihat berbeda dalam segi sasaran dan profesi. Maka dengan mengetahui struktur ilmu tersebut dapat membantu dalam batasan-batasan dalam mengembangkan sebuah materi.

   5.      Aktualitas, Kedalaman, Dan Keluasan Materi
Tahapan ini merupakan lanjutan dari struktur ke ilmuan yang semua guru harus mengetahui tingkat aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi yang kan mereka ajarkan. Karena banyaknya bidang ke ilmuan bukan berarti diberikan keseluruhan kepada peserta didik.
Aktualitas bermakna sebagai tingkat keunggulan materi.Pada pengertian tersebut menyatakan bahwa ilmu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, selama proses observasi, eksperimen dan penlaran logis masih terus dilakukan oleh para ilmuan. Oleh karena itu saat mengajar, guru diharapkan mampu menyajikan informasi-informasi terbaru dari bidang keilmuan tersebut. Hal ini dilakukan agar seluruh siswa mampu memahami keilmuan secara menyeluruh tanpa meninggalkan pembaharuan zaman.
Adapun kedalaman dan keluasan materi dari banyaknya referensi ataupun informasi ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dan di pahami oleh siswa. Namun bukan berarti guru tidak memperhatikan psikologi mereka. Kedalaman dan keluasan materi, dalam hal ini yaitu yang harus sesuai dengan perkembangan siswa dengan menentukan tingkat prioritas materi yang harus benar-benar dipelajari untuk siswa. Hal ini berarti guru harus menyajikan materinya dengan memperhatikan tahapan-tahapan dari materi yang mudah hingga yang sulit.
Guru adalah tenaga profesional sehingga harus cepat menyesuaikan diri dan mereposisi perannya. Selain memperhatikan pada  kemampuan siswanya saja, guru juga harus memperhatikan tingkat kedalaman dan keluasan materi yang harus dikuasai dirinya sendiri. Karena seorang guru yang baik akan mempersiapkan materi sebelum mengajar dengan mendalami berbagai informasi dari berbagai referensi guna menambah wawasan untuk dapat dibagikan kepada siswa-siswanya nanti.
Contoh untuk tahapan ini yaitu guru harus mampu membatasi materi pendidikan agama islam pada kelas 1,2,3 dan begitupun untuk kelas-kelas selanjutnya. Didalam memberikan materi pula, guru harus memilih mana materi yang harus di sampaikan di awal dan akhir, seperti guru harus menyampaikan bagaimana tata cara sholat sebelum siswa praktek sholat. Bagaimana tata cara takbiratul ikhram hingga salam serta bacaannya masing-masing ? maka hal inilah yang disebut dengan aktualitas, kedalaman dan keluasan materi.
Pada proses pengembangan materi yang berhubungan dengan Kopetensi Dasar dan Indikatornya dapat didiskripsikan melalui gambar dibawah ini. Penjabaran KD kedalam Materi:


KOPETENSI DASAR


INDIKATOR


·           Potensi pada siswa
·           Kesesuaian materi dengan kebutuhan peserta didik
·           Kesesuaian dengan karakteristis daerah
·           Struktur keilmuan
·           Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi.


MATERI
     
Pengembangan materi merupakan hal yang sangat komplek dalam proses pembelajaran. terkhusus bagi guru harus mengetahui kemampuan siswa dalam menangkap materi serta kopetensi apa yang harus dicapai setelahnya.  KD maupun Indikator tidak akan dilaksanakan dengan baik tanpa pengembangan materi yang baik. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk memperhatikan lima komponen diatas yaitu sebagai bahan acuan dalam mengajar materi yang mereka pegang. Berikut merupakan penjelasan dan contoh  keterkaitan antara Silabus dengan materi pembelajaran yang akan dikembangkan:
No
Kopetensi Dasar
Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Alokaasi waktu
Sumber bahan/ajar
1
Memuat kopetensi dasar hasil penjabaran dari standar kopetensi yang te;lah dirumuskan dalam kurikulum
Memuat materi pembelajaran hasil penjabaran masing-masing kopetensi dasar yang telah dirumuskan
Memuat alternatif pengalaman belajar siswa yang terpilih yang dapat dipakai untuk mencapai penguasaan KD (kegiatan yang dialami siswa ditulis dengan singkat), misalnya : mendengarkan, mencatat, mengamati, dll.
Memuat alokasi waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-masing kopetensi
Memuat jenis sumber bahan/ alat yang digunakan.
1
Mahasiswa dapat memahami pengertian dan hakekat strategi belajar mengajar
Pengertian dan hakekat strategi belajar mengajar
Mahasiswa mengkaji dan mendiskusiakan pengertian dan hakekat strategi belajar mengajar.
Tes tulisan
Tes lisan
Penugasan
Penilaian proses
Laptop
LCD
OHP
White board dan alat tulis




BAB II
KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN
Pengembangan materi merupakan suatu cara bentuk mengajar untuk menyampaikan materi secara keseluruhan yang mampu dipahami maupun dimengerti siswa secara keseluruhan. Pengembangan materi sangat perlu diperhatikan bagi guru dalam mengajar karena mengembangkan materi berarti tidak menyampaikan materi hanya karena kewajiban saja sebagai seorang guru, namun juga sebagai sebuah keprofesionalan guru dalam mengemban tugasnya yaitu mencerdaskan peserta didik sebagai bagian dari cita-citanya dan tujuan Pendidikan Nasional. Maka dalam hal ini ada lima komponen yang harus diperhatikan sebagai bentuk keberhasilan materi yang telah dikembangkan yaitu melihat kecocokan materi dari tingkat perkembangan siswa, potensi siswa, struktur keilmuan, dan aktualitas, kedalaman, serta keluasan materi. Berbagai komponen tersebut digunakan sebagai dasar pengembangan materi agar teknik pengolahannya benar-benar menciptakan hasil pembelajaran yang baik dengan standard penilaian, siswa mampu memahami materi dan mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka bukan hanya Standard Kopetensi dan Indikator saja yang tercapai sesuai dengan tujuan akan tetapi terbentuk pula para peserta didik yang memiliki potensi  dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.



DAFTAR PUSTAKA


Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta. PT rajagrafindo Persada.
Sugeng Listyo Prabowo.dkk. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Malang. UIN-Malik Press.
W.S. Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta. PT Gramedia.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenadia Group.
Zainiyati, Husniyatus Salamah. 2014. Ulumuna Jurnal Studi Keislaman: Model Kurikulum Integratif Pesantren Mahasiswa Dan UIN Maliki Malang. Vol 18 Nomor 1 (juni).

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905081984031NANA_JUMHANA/MAKALAH_PENGEMBANGAN_RENCANA_PELAKSANAAN_PEMBELAJARAN.pdf