SEMANGAT BELAJAR: 2017

Thursday 16 November 2017

MAKALAH SASTRA ANAK (CERITA SASTRA UNTUK ANAK SD)



BAB I
PENDAHULUAN

  A.    Latar Belakang
Pengajaran sastra di sekolah dasar di Indonesia sangat memperhatikan. Anak-anak yang sangat miskin akan cerita, baik cerita berbentuk buku maupun yang dilisankan. Ditambah pula dengan jarangnya guru mengajarkan sastra. Hal ini dimungkinkan karena guru merasa kesulitan dalam memilih bentuk dan jenis cerita sastra yang cocok untuk siswanya. Lalu apa yang dimaksud dengan sastra anak-anak dan bagaimana cirri bacaan sastra jenis cerita untuk anak-anak ini
Bacaan sastra untuk anak-anak adalah bentuk karya sastra untuk konsumsi anak. Bacaan sastra untuk anak dapat berupa puisi dengan katagori yang sangat luas : cerita fantasi, sejarah dan biografi, fiksi ilmiah, dan sebagainya. Dalam sastra anak muncul beragam/variasi tema yang sesuai dengan dunia mereka. Adapun ciri-ciri bacaan anak-anak.

  B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Bacaan Cerita Anak Usia SD : Karakteristik dan Jenisnya ?




BAB II
PEMBAHASAN

   A.    Bacaan Cerita Anak Usia SD : Karakteristik dan Jenisnya
   a)      Karakteristik Bacaan Cerita Anak
Pengajaran sastra di sekolah dasar di Indonesia sangat memperhatikan. Anak-anak yang sangat miskin akan cerita, baik cerita berbentuk buku maupun yang dilisankan. Ditambah pula dengan jarangnya guru mengajarkan sastra. Hal ini dimungkinkan karena guru merasa kesulitan dalam memilih bentuk dan jenis cerita sastra yang cocok untuk siswanya. Lalu apa yang dimaksud dengan sastra anak-anak dan bagaimana cirri bacaan sastra jenis cerita untuk anak-anak ini ?
Bacaan sastra untuk anak-anak adalah bentuk karya sastra untuk konsumsi anak. Bacaan sastra untuk anak dapat berupa puisi dengan katagori yang sangat luas : cerita fantasi, sejarah dan biografi, fiksi ilmiah, dan sebagainya. Dalam sastra anak muncul beragam/variasi tema yang sesuai dengan dunia mereka. Adapun ciri-ciri bacaan anak-anak bila ditinjau dari beberapa segi antara lain sebagai berikut:
a.       Bentuk penyajian
Bacaan sastra untuk anak-anak dari segi bentuk  penyajian memiliki ciri tertentu dibandingkan dengan bentuk penyajian bacaan sastra untuk orang dewasa. Bentuk penyajian sastra anak-anak memperhatikan format buku, bentuk huruf, variasi warna kertas, ukuran huruf, dan kekayaan gambar.
Format buku sebaiknya disesuaikan dengan dunia anak-anak sehingga memberikan efek khusus dari kesan visual dari bentuk yang membadani seluruh buku itu. Ilustrasi gambar sampul hendaknya mewakili tema yang digarap dalam buku itu dan harus disesuaikan dengan khalayak penikmatnya (siswa SD). Bentuk buku yang diperuntukkan bagi anak-anak sebaiknya dipilihkan bentuk persegi panjang yang horizontal dengan ukuran disesuaikan, misalnya kelas awal dan menengah digunakan ukuran 20,5 x 28 cm, sedangkan untuk kelas tinggi 20,5 x 23 cm. penjilidan juga turut menentukan minat anak, sebaiknya buku dijilid tebal sehingga tidak mudah rusak, dan divariasikan dengan warna yang variatif yang memberikan efek visual yang menarik.
Ukuran dan bentuk huruf hendaknya tidak terlalu kecil, tetapi juga tidak terlalu besar, sehingga tidak menyulitkan anak saat membacanya. Setiap buku yang diperuntukkan bagi anak-anak juga diharapkan dicetak dalam kertas putih bersinar sehingga memberikan efek visual yang lebih sebagai pengayaan yang memudahkan anak memahami cerita dan membuat mereka lebih tertarik.
Dalam urusan ilustrasi, seharusnya mampu membuat cerita lebih hidup sehingga menimbulkan harmoni yang baik. Gambarnyapun sebaiknya jangan disajikan memenuhi satu halaman karena akan mengganggu persepsi anak.
b.      Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang digunakan sebaiknya memiliki ciri menggunakan bahasa yang sederhana, dengan pertimbangan kemampuana struktur dan tata bahasa maupun dari segi resepsi anak.
c.       Cara Penuturan
Dari segi penututan, ciri  bacaan anak diarahkan pada teknik penuturan cerita yang merujuk pada pemilihan kata, penggunaan gaya bahasa, teknik penggambaran tokoh dan latar cerita.
Untuk pemilihan kata, hendaknya disesuaikan dengan readness anak, yaitu dengan menggunakan kata dan gaya bahasa yang konkret sesuai dengan perkembangan kognitif mereka dan mengacu pada pengertian tersurat. Yang jelas cara penuturan bisa disajikan dengan reportatif, deskriptif, naratif, atau secara langsung.

d.      Tokoh, penokohan, plot, dan tema
Dari segi tokoh, bacaan anak-anak menampilkan tokoh yang jumlahnya tidak terlalu banyak (tidak melebihi 6 pelaku). Hal ini dimaksudkaa agar tidak membingungkan anak dalam memahami alur cerita yang tergambar lewat rentetatan peristiwa yang ada.
Penokohan dilakukan dengan tegas dan langsung menggambarkan wataknya dengan dilengkapi oleh penggambaran fisik secara jelas. Sedangkan latar ceita anak hendaknya menggambarkan tempat-tempat menarik minat mereka, misalnya tempat persembunyian John Wayne (dalam “Batman”).
Dari segi alur atau plot, bacaan anak cerita anak-anak mengandung plot yang bersifat linier dan berpusat pada satu cerita sehingga tidak membingungkan anak.
Tema bacaan anak biasanya sesuai dengan minat mereka, misalnya tentang keluarga, berteman, cerita misteri, petualangan, fantasi, cerita-cerita lucu, tentang binatang, cerita kepahlawanan, dan sebagainya.





   b)     Perbedaan bacaan sastra anak usia kelas rendah dan kelas Tinggi
Berdasarkan tingkan readness anak, di sekolah dasar, pemilihan bacaan cerita anak dibedakan menjadi tiga, yaitu:
·         Di kelas 1-2 dominan diberikan bentuk cerita bergambar,
·         Di kelas 3-4 diberikan puisi, sastra tradisional dan cerita fantasi,
·         Di kelas 5-6 diberikan puisi dan bentuk cerita realistic kontemporer, kesejahteraan dan biografi, secara cerita fiksi keilmuan.
Berdasarkan psikologi kognitif, tingkat perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar jenjang kelas menegah dan akhir berada pada tingkat operasi konkret, yang mana pada tahap ini anak masih belum mampu menangkap dan menghubungkan gagasan yang bersifat abstrak, dan belum mampu memahami makna simbolis, motif, dan tema.
Berbeda dengan konsumsi kelas menengah, bahasanya lebih kental dengan sastra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat baca sastra ditentukan oleh empati yang tumbuh pada diri anak sebagai pembaca, yang nantinya rasa tersebut menumbuhkan rasa simpati yang mendorongnya untuk lebih tahu.

   c)      Jenis bacaan cerita anak
a.       Cerita bergambang
1)      Buku Informasi dan buku cerita
Berdasarkan adanya ilustrasi, maka konteks buku dapat dbedakan menjadi dua, yaitu buku informasi dan buku cerita. Sedangkan buku cerita sendiri masih dapat dibagi menjadi dua, yaitu buku bercerita tanpa kata, dan buku cerita dengan kata.
2)      Buku Cerita Bergambar Tanpa Kata
Buku ini mengandal gambar sebagai wahana penceritaan.
3)      Media dan ilustrasi sebagai wahana penceritaan
Sebagai pemahaman awal, media dan ilustrasi sebagai wahana penceritaan, bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
·         Buku bergambar: berfunsi untuk satu gagasan atau ide penuh
·         Buku cerita bergambar: berfungsi untuk mewakili bagian atau unsure dari gagasan atau ide;
·         Buku berilustrasi: berfungsi untuk satu atau bagaian dari suatu gagasan atau ide apabila digabungkan dengan unusur lainnya, misalnya: kmposisi warna, komposisi tampilan, dan cerita.
b.      Cerita rakyat
1)      Definisi Cerita Rakyat
Adalah semua narasi yang tertulis atau lisan yang ada terus sepanjang tahun. Mencakup syair kepahlawanan, balada, legenda, dan lagu-lagu rakyat sebagaimana dongeng dan cerita binatang.
Cerita binatang
Bisa dikatakan cerita binatang ini yang sangat banyak diminati anak. Karena binatang dianggap seperti manusia yang dapat becakap-cakap.
Cerita Noodlehead
Disebut begini karena merupakan bagian dari semua budaya rakyat dengan pola-pola yang khas. Kelucuannya adalah karena semua ceritanya omong kosong.
Cerita Keajaiban
Cerita ini sering disebut cerita sihir dan cerita peri yang gaib. Seperti cerita cinderela, putihnya salju, dan lain-lain.
2)      Karakteristik Cerita Rakyat
Karakteristik atau sifat dari cerita rakyat dikhususkan pada cerita rakyat untuk anak-anak yang meliputi struktur plot, perwatakan, gaya, tema dan motif.
Sturuktur plot cerita rakyat
Hamper semua plot pada cerita rakyat menceritakan sejarah kesuksesan para tokoh-tokohnya. Mengenai waktu dan tempat kejadiaan dalam cerita rakyat sering berbuat dan selisih berganti secara cepat (bersahut-sahutan).
Perwatakan
Perwatakaan sebuah cerita dapat dipahami melalui susunan bahasa, symbol kelengkapan dalam cerita atau dapat juga secara lugas bahwa tokoh ini baik atau jahat. Kualitas karakter (watak tokoh) ditunjukan secara jelas tentang kekuatan dan kelemahanya di jalin menjadi konplik dan menuju penyelesaian cerita.
Nampaknya sifat cerita rakyat seperti symbol kebaikan, kejahatan, kekeuassan, kebijaksanaan dan sifat-sifat lain yang dapat segera diketahui oleh anak-anak. Yaitu bahwa anak-anak mulai mengetahui dasar cerita yang mengungkapkan pengalaman-pengalaman manusia.
Gaya
Cerita rakyat ditutukan oleh pencerita menggunakan bahasa yang mampu menggungkapkan segala persolaan dan pengalaman hidup serta bahasa yang khas dan musdah dipahami oleh pendengar. Cerita rakyat mungkin bukan hanya untuk anak-anak, tetapi jika yang menjadi pendengar adalah anak-anak maka harus di sederhanakan cerita dan bahasanya. Wanda gag menjelaskan bagaimana cara menyederhanakan suatu cerita rakyat agar sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak. Penyederhanaan tersebut berarti :
a)      cerita dapat dikembangkan secara bebas agar tidak membinngungkan
b)      menggunakan pengulangan-pengualangan untuk kejelasan
c)      menggunakan dialog yang actual untuk menghidupkan dan daya tarik cerita bagi anak-anak.
Pencerita tidak akan mengunakan bahasa yang membingungkan anak-anak, tidak memilih kata-kata yang joro atau kasar atau memilih kata-kata yang ambigu. Kata- kata atau kaliamat yang dipilih harus sanggup membuat ppendengar merasa asyik dan betah untuk mendengar samapai cerita selesai.
Secara jelas bahwa pencerita akan menghindari pilihan  kata-kata yang tidak lazim digunakan di daerah temapt berbicara. Bahasa yang di pilih benar-benar disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak-anak. Apanila anak yang tidak memahami maka guru atau mungkin pencerita akan langsung member penjelasan atau maksut pengertian kata-kata sulit tersebut.
Untuk itu bahasa figurative atau imajinatif sedikit di gunakan oleh pencerita untuk gaya ppenceritaan agar lebih efektif. Pencerita tetap memelihara gaya bercerita agar jandungan budayanya dan masud cerita sesuai seperti didaerah atau Negara asal cerita rakayat iru di ceritakan.
           Tema
Tema-tema suatu cerita unruk kategori sastra anak- anak umumnya akan menarik apabila sudsah diungkapakn melalui cerita atau sudah dikemas dalam suatu cerita dalam hal ini cerita rakyat. Sebab cerita rakyat sering dianggap sepele, misalnya seperti hunor, cerita dari orang-orang bodoh/tolol yang tampak tidak masuk akal atau bahkan cerita yang di besar-besarkan. Atau cerita-cerita yang menisahkan kkex\zaliman, kekejaman dan kekerasaan raja atau bangsawaan.
Nilai-nilai kehidupan baik dan nilai-nilai budaya dapat juga di ungkapakn melalui cerita rakyat misalnya : kebaikan karena rendah hati, kasih saying, sabar, kerja keras, keberanian, atau juga kepahlawanan yang tidak mengharap imbalan atau hadiah.
Para orang tua atau guru serta beberapa ahli psikologi banyak menaruh perhatin terhap tama-tema seperti itu. Mereka selalu memilihkan tema-tema yang cocok untuk anak-anak agar nilai-nilai baik dari cerita rakyat tadi sampai pada pemahamannya.

            Motif
Salah satu bagian dari karakteristik sebuah cerita rakyat adalah motif cerita. Motof cerita dapat kita pahami setelah kita mnedengar (mengetahui cerita secara keseluruhan). Pengulangan bagian- bagian cerita, pengualangn bagian sifat-siafat tertentu dalam cerita dan pengulangan pada watak – watak dan perbuatan tokoh pada umumnya mengungkapkan motif-motif cerita rakyat.
Cerita rakyat umunya mengulang –ulang motif dari suatu cerita  yang satu dengan yang lainya misalnya certa tentang binatang, cerita eajaiban atau yang banyak di sebut tentang cerita peri. Cerita tersebut di kemas secara sederhana dan guru dapat member saran dan perbandingan inti motif suatu cerita yang di sampaikan kepada anak-anak motof-motif cerita rakyat tersebut dapat kita golongkan menjadi beberapa golongang yakni:
a)      cerita rakyat panjang (perjalanan waktu panjang) tetapi mempesona memikat (the long sleep or enchantment)
b)      kekuatan-kekuatan / tenag-tenaga gaib/ magis
c)      cerita rakyat tentang perbuhan yang magis/ gaib (magical transformation)
d)     cerita rakyat  dengan objek magis (magic objects)
e)      cerita rakyat tentang cita-cita/ keinginan (wshes)
f)       cerita tentang tipu daya (tentang kelicikan) atau Trickery

c.       fable, legenda dan mitos sebagai karya tradisioanal
fable merupakan cerita mengenai kehiduapan binatang. Hal ini sesuai dengan L. T. Tjahjono, yang membatasi istilah fable sebagai dongeng yang mengangkat kehidupan binatang sebagai bahan ceritanya (1988:167), misalnya si kancil cerdik. Pendapat lain yang kemukakan Huck (1987) menyebutkan bahwa fable merupakan dongen mengenai binatang atau unsure-unsur atau yang lainya, misalanya hujuan angin, laut, rembulan, mentari, rembualan dan sebaginya, misalnya dan cerita The Hare Tortoise atau The Sun and The Noth wind” (1987:303). Hewan atau unsure-unsur alam lain itu dalam cerita dapat hidup bermasyarakat dan berbicara layaknya sebagai manusia.




Fabel, Legenda dan Mitos sebagi Karya Tradisional
            Fabel merupakan cerita mengenai kehidupan binatang. Hal ini sesuai dengan pendapat  L.T.Tjahjono, yang membatasi isi fabel sebagai dongeng yang mengangkat kehidupan binatang bahan ceritanya (1988:167), misalnya cerita kancil cerdik. Di Indonesia, fabel diciptakan karena nenek moyang kita amat dekat dengan alam, sehingga binatangpun mereka anggap sebagai mahluk Tuhan yang memiliki kemampuan seperti manusia. Pada masing-masing daerah, fabelhadir dengan tokoh binatang yang berbeda. Di Jawa dan Melayu tokoh kancil atau pelanduk dikenal sebagai tokoh fabel, orang Sunda mengenal kura-kura dan kera, di Toraja dikenal tokoh fabel yang berupa monyet hantu. Di negri lain, misalnya Tiongkok, sebagai tokoh dalam fabel-fabelnya adalah juga kelinci atau terwelu, sementara di eropa, tokoh rubah atau srigala (Fox) sebagai tokoh fabelnya.
            Salah satu alasan mengapa cerita binatang dapat memiliki   daya tarik ialah karena banyak jenis binatang dan banyak hal yang dapat ditulis tentang binatang-binatang itu. Terakhir ialah binatang yang asli yaitu bertingkah laku secara ilmiah sebagai binatang. Di dalam cerita ini pengarang sangat cermat dalam menentukan suatu pelaku utama yang konsisten sebagai binatang dari awal hingga akhir. Di dalam cerita yang paling baik dalam jenis ini, pengarang berhasil meningkatkan minat dan mengembangkan empati kepada pelaku tersebut. Binatang-binatang tersebut tidaklah mengenakan pakaian atau berbicara, dan banyak yang tidak memiliki nama. Selain itu dalam jenis ini juga terdapat binatang yang tidak nyata (imaginary). Dan tidak semua cerita binatang itu diceritakan dalam bentuk prosa. Seperti dipaparkan dimuka bahwa fabel merupakan dongeng yang mengangkat kehidupan binatang atau unsure alam lain sebagai bahan ceritanya. Dalam fabel, binatang atau unsure alam lain itu mampu bermasyarakat dan berkomunikasi (berbicar) layaknya manusia. Dari uraian tersebut dapatlah diidentifikasi karakteristik (ciri-ciri) fabel sebagai berikut : (1) berkisah tentang binatang atau unsure alam yang lain mampu berbicara (berkomunikasi) layaknya sebagai manusia, (2) bersifat simbolis, (3) bersifat didaktis dan moralis, dan (4) ringkas dan sederhana.
            Mengenai definisi legenda, ada dua versi yang berbeda, yaitu versi Indonesia dan luar (Amerika), di Indonesia, legenda didefinisikan sebagai dongeng yang diciptakan masyarakat sehubungan dengan keadaan alam dan nama sebuah daerah. Sedangkan menurut versi Anerika, legenda didefinisikan sebagai kisah (rekonstruksi) imajinatif tentang kejadian masa lampau oleh orang-orang masa sekarang. Para pengarang dan para penyair yang membuat legenda yang menciptakan seseorang tokoh pahlawan yang hebat yang dapat mengalahkan para penjahat (moster) serta dapat mengatasi segala bahaya.
            Istilah mitos agaknya sulit dijelaskan, karena memiliki makna yang cukup luas. Kita sering mendengar bagaimana pelukis dan penyair mencari mitologi, kita juga mendengar tentang mitos kemajuan atau mitos demokrasi, akan tetapi kita tidak dapat begitu saja menciptakan mitos. Penjelasan-penjelasn yang diberikan oleh suatu masyarakat kepada anak-anak mereka mengenai dunia, tingkah laku manusia, citra alam, dan tujuan hidup manusia, penjelasan itu bersifat mendidik.
Derita Fantasi: Jenis dan Karakteristik
Pengertian Cerita Fantasi
            Fantasi adalah khayalan, lamunan, yaitu produk imajinasi yang merupakan penyajian objek-objek atau peristiwa yang mungkin atau tidak mungkin ada dalam kenyataannya. Cerita fantasi adalah cerita yang dibuat berdasarkan produk imajinasi seseorang seakan ada dalam kehidupan sehari-hari tetapi kenyataannya hanya dalam impian. Istilah fantasi mempunyai dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Selanjutnya diuraikan dalam pengertian umum fantasi adalah semua kegiatan imajiner. Semua karya sastra adalah fantasi. Dalam pengertian khusus, istilah itu diterapkan pada segala karya sastra yang tidak disajikan secara realistic. Misalnya cerita dongeng, cerita tentang alat-alat yang bisa bicara, dan cerita aneh lainnya.
Karakteristik Cerita Fantasi
            Pada bagian awal telah disinggung bahwa cerita fantasi bersifat fiktif (pandangan Zoest). Atas dasar itu bagaimana karakteristik cerita fantasi bagi anak-anak? Cerita fantasi bagi anak-anak sangat berbeda jika dibandingkan dengan cerita fantasi untuk orang dewasa baik dilihat dari segi isi maupun bentuknya. Berkaitan dengan bentuk dan isi cerita fantasi, Huck (1987) menguraikan bahwa isi adalah sesuatau yang berhubungan dengan unsure-unsure pendidikan anak, sedangkan bentuk adalah sesuatu yang berhubungan dengan tatanan atas sajian cerita dalam sebuah teks.

Isi cerita fantasi anak-anak diharapkan dapat:
(1)   Memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan
(2)   Cerita sastra dapat mengembangkan daya imajinasi anak
(3)   Cerita dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru
(4)   Mengembangkan wawasan dengan perilaku insani
(5)   Menurunkan warisan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya.
Jenis-jenis Cerita Fantasi
            Cerita fantasi memiliki beberapa jenis dan variasi. Setiap jenis ceritanya memiliki ciri-ciri khusus yang kadang-kadang ada unsur kesamaan maupun perbedaan jika dibandingkan dengan jenis cerita lainnya. Stewig (1980:409-442) menguraikan jenis-jenis fantasi antara lain (1) fantasi sederhana untuk anak-anak kelas awal, (2) dongeng rakyat, (3) cerita binatang dengan kemampuan khusus, (4) ciptaan yang aneh, (5) cerita manusia dengan kemampuan tertentu, (6) cerita boneka mainan, (7) cerita tentang benda-benda gaib, (8) cerita petualangan, serta (9) cerita tentang kekuatan jahat/gaib.
Macam-macam cerita fantasi:
a.       Fantasi binatang
b.      Fantasi mainan dan boneka
c.       Fantasi dunia liliput
d.      Fantasi tentang alam gaib
e.       Tipu daya waktu
f.       Fantasi tinggi

Fiksi Ilmu Pengetahuan
            Murid-murid sejak pendidikan dasar sudah selayaknya dibekali lebih banyak pengetahuan dan ketrampilan sains, agar ruang lingkup dunia ank sekolah dasar menjadi lebih luas. Cerita fiksi pengetahuan yang diberikan kepada anak-anak sangatlah penting sebagai alat penambah pengetahuan, disamping pelajaran-pelajaran yang mereka peroleh disekolah maupun dirumah. Fiksi ilmu pengetahuan adalah suatu bentuk fantasi berdasarkan bentuk hipotesis tentang ramalan yang masuk akal. Alur, tema, dan latarnya secara imajinatif didasarkan pada pengetahuan teori, dan spekulasi ilmiah. Misalnya cerita tentang perjalanan ruang angkasa, petualangan di planet lain dan sebagainya. Batas antara fantasi dan fiksi ilmu pengetahuan sulit untuk dilogiskan, khususnya dalam literature anak-anak. Salah satu dari nilai fiksi ilmu untuk anak-anak adalah kemampuan untuk membangun imajinasi, intuisi dan keluwesan pada pikiran pembaca. Tema adalah ide pokok yang berkisah pada tujuan cerita itu. Tema dari fiksi ilmu pengetahuan harus dapat menjiwai setiap cerita dan jelas dari seluruh jalan cerita, serta dapat memberikan kepuasan. Untuk memudahkan daya tangkap anak, maka tema untuk cerita fiksi tersebut haruslah disajikan dengan sangat sederhana, menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan alam kehidupan anak-anak. Misalnya cerita-cerita yang bertema:
·         Menanamkan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap arti penting keseimbangan ekosistem pada tiap-tiap individu.
·         Menyuguhkan pengertian tentang seluk beluk suatu benda atau proses teknis suatu penemuan.
·         Memberikan bimbingan yang terampil dalam melakukan suatu hasta karya untuk dapat dipraktikan oleh anak itu sendiri.




Sumber-sumber yang dapat diambilo untuk menggali tema-tema yang sesuai untuk anak-anak adalah tema tentang keajaiban-keajaiban yang berhubungan dengan dunia anak. Tema berhubungan erat dengan amanat, bahwa akhir cerita yang disajikan kepada anak-anak tidak selalu berakhir dengan suka, tetapi boleh berakhir dengan duka, yang penting cerita fiksi tersebut dapat menimbulkan respon yang positif. Alur cerita fiksi pengetahuan tidak harus dinamis dan hidup. Kehidupan harus dilandaskan pada penyebab yang jelas. Tokoh-tokoh tidak hanya harus bertingkah wajar dan hidup, melainkan juga harus jelas pula sebab-sebabnya. Bila penyusunan plot untuk anak-anak yang lebih muda usianya, maka bukan saja jalan cerita yang sederhana tetapi juga kata-kata harus sederhana.
Cerita Sejarah
Pengertian dan Karakteristik Cerita Sejarah
            Istilah cerita sejarah secara sederhana dideskripsikan sebagai cerita yang timbul di suatu masalah yang lalu (setting waktunya adalah masa yang lampau). Cerita sejarah menampilkan sebuah masalah atau konflik plot yang ganjil terhadap waktu. Disini pengarang cerita sejarah merasa bahwa ia mendekati tugasnya dengan salah satu dari dua orientasi. Pengarang cerita sejarah menawarkan komentar-komentar yang penting tentang kebutuhan bagi pengarang untuk tidak hanya memberikan keontentikan, dan motif-motif dari zaman yang diwakilinya.secara sederhana yang dimaksud dengan cerita sejarah adalah cerita rekaan yang timbul di suatu masa yang lalu (settingnya-setting waktunya adalah suatu masa yang lampau). Pada cerita sejarah, pengarangnya berusaha untuk membawa para pembaca mundur ke puluhan tahun yang silam dan memasuki gaya hidup yang sangat berbeda dengan waktu yang sekarang.
            Kriteria cerita sejarah: Pertam, buku cerita sejarah harus menarik juga harus memenuhi tuntutan keseimbangan antara fakta dan fiksi. Kedua, cerita sejarah tidak perlu harus tepat dan otentik, riset memang perlu, tetapi harus benar-benar bisa dicerna, detail-detail yang dibuat harus menyatu dengan cerita bukan hanya sebagai efek tambahan. Ketiga, cerita sejarah harus secara akurat merefleksikan semangat atau jiwa dan nilai yang terjadi pada waktu itu beserta kejadian-kejadiannya. Keempat,  penulis cerita sejarah harus tetap berpijak dengan seksama pada tempat-tempat sejarahnya (histografi). Kelima, keontentikan bahasa dalam cerita sejarah harus pula mendapat perhatian. Keenam, cerita sejarah harus dapat mendramasisasikan dan memanusiakan fakta-fakta sejarah.
Nilai-nilai dalam Cerita Sejarah
a)      Cerita sejarah bagi anak-anak membantunya untuk mengalami masa lalu, masuki komplek, derita, kebahagiaan, dan lain-lain.
b)      Cerita sejarah memberikan pengalaman kepada anak dan berperan untuk masa lalu.
c)      Cerita sejarah mendorong anak untuk berfikir kritis dan menilai novel-novel yang mempunyai konflik besar, karakter yang kuat, sulit menentukan pilihan.
d)     Perspektif historis membantu siswa untuk melihat, menilai kesalahan masa lalu dengan lebih jelas.


Biografi
            Hampir dengan cerita sejarah, bahwa dalam biografi yang diceritakan adalah kejadian masa lampau utamanya menceritakan keadaan atau perjalanan hidup seseorang. Kriteria cerita biografi meliputi: (1) pilihan subjek, (2) akurasi/keontektikan, (3) gaya/bahasa pengarang, (4) karakteristik, dan (5) tema. Biografi istilah lain riwayat hidup, dapat kita beri makna kisah tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain, karena bila kisah hidup itu diceritakan oleh dirinya sendiri dinamakan autobiografi. Bila dilihat dari bagaimana seorang pengarang mengolah fakta dan data kehidupan menjadi sebuah biografi, terdapat dua bentuk biografi, yaitu Biografi Otentik dan Biografi yang Difiksikan.
1)      Biografi Otentik.
Biografi Otentik berkaitan dengan biografi untuk orang dewasa. Buku jenis ini benar-benar berupa dokumentasi yang baik, yang merupakan hasil penelitian yang cermat mengenai kehidupan seseorang.
2)      Biografi yang Difiksikan
Biografi yang difiksikan ditulis berdasarkan penelitian yang mendalam, namun membiarkan pengarang mematisir peristwa-peristiwa tertentu dan mempersonalisasikan subjek tersebut, bukan sekedar melaporkan langsung seperti biografi otentik. Biografi yang difiksikan mempergunakan naratif bukan analitis. Anak-anak dapat mengetahui karakter subjek, melalui tindakan, perbuatan, dan percakapan.


BAB III
PENUTUP

   A.    Kesimpulan
Bacaan sastra untuk anak-anak dari segi bentuk  penyajian memiliki ciri tertentu dibandingkan dengan bentuk penyajian bacaan sastra untuk orang dewasa. Bentuk penyajian sastra anak-anak memperhatikan format buku, bentuk huruf, variasi warna kertas, ukuran huruf, dan kekayaan gambar.
Berdasarkan psikologi kognitif, tingkat perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar jenjang kelas menegah dan akhir berada pada tingkat operasi konkret, yang mana pada tahap ini anak masih belum mampu menangkap dan menghubungkan gagasan yang bersifat abstrak, dan belum mampu memahami makna simbolis, motif, dan tema.
Berbeda dengan konsumsi kelas menengah, bahasanya lebih kental dengan sastra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat baca sastra ditentukan oleh empati yang tumbuh pada diri anak sebagai pembaca, yang nantinya rasa tersebut menumbuhkan rasa simpati yang mendorongnya untuk lebih tahu.
Karakteristik atau sifat dari cerita rakyat dikhususkan pada cerita rakyat untuk anak-anak yang meliputi struktur plot, perwatakan, gaya, tema dan motif.



DAFTAR PUSTAKA

Novi Resmini, Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dikelas Tinggi. (Bandung: UPI PRESS Gedung penerbitan percertajaab universitas pendidikan Indonesia). 2007



Sunday 12 November 2017

MAKALAH TARJAMAH | TARKIB WASFI DAN IDHOFI



semangatbelajarvika4- kali ini akan membahas mengenai makalah yang berkaitan dengan Penerjemahan bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Dimana setiap sarjana pendidikan yang menekuni bidang bahasa ini, harus menguasai bidang penerjemahan. Hal ini karena referensi-referensi yang dibutuhkan dalam mempelajari bahasa ini tentu umumnya berbahasa Arab. Oleh karenanya diperlukan pembahasan ini secara berkala dengan materi yang baik dalam melakukan penerjemahan yang baik.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN TARKIB (FRASE)
Dalam mempelajari tarkib atau murakkab pada bahasa Arab yang akan dibahas pada makalah ini, memiliki kesamaan dengan mempalajari frase dalam kalimat bahasa Indonesia. Frase yang telah diketahui dalam pembelajaran bahasa indonesia merupakan susun beberapa kata  atau secara umummnya dua kata yang  membentuk kalimat dengan memiliki kedudukan yang sama fungsinya yaitu tidak adanya keterangan subyek maupun predikat. Frase yang membentuk kalimat ini dapat ditempatkan dimana saja sebagai subyek, predikat maupun obyek namun dalam pembentukannya tidak membentuk  pola gramatika pada umumnya yaitu dengan adanya subjek dan predikat.
Sedang dalam penggunaan didalam Bahasa Arab tarkib memiliki kesamaan arti dengan frase yaitu “...tarkib berarti susunan kata yang merupakan bagian dari yang lain belum memiliki makna secara lengkap, atau susunan kata yang tidak memiliki hubungan subyek dan predikat”. Melalui pengertian tersebut maka, telah jelas bahwa pembahasan dalam bahasa indonesia maupun dalam bahasa arab memiliki kesamaan dalam pembentukan frase ataupun tarkib sedang yang membedakan pembahasan yaitu  jenisnya yang akan dibahas pada poin selanjutnya yaitu mengenai tarkib-tarkib bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia, penyebutan pada frase akan ada perbedaan jenis dengan bahasa Arab sedang dalam bentukkannya ada yang memilki kesamaan dan perbedaan, bisa dicontohkan dalam pembentukan frase pada bahasa Indonesia ada susunan frase yang disebut susunan kalimat majemuk, dalam bahasa Arab dapat masuk dalam tarkib badali maupun tarkib taukidi. Namun pada pembahasan ini tidak membahas lebih mengenai macam-macam frase bahasa Indonesia maupun bahasa Arab dengan keseluruhan, karena  akan masuk dalam Mata pelajaran lainnya yang tentunya memiliki fungsi lebih dari pembahasan mengenai jenis-jenis tarkib yang akan di bahas dalam kajian makalah ini. Maka berikut ini dua macam dari beberapa macam tarkib yang ada dalam susunan gramatika Bahasa Arab:
   
   1.      Tarkib Idhofi
Murakkab Idhafi yaitu menyandarkan atau menisbatkan suatu kalimah atau kalimah lain sehingga menumbulkan pengertian baru. Maka dalam tarkib idhafi  berdasarkan pengertian tersebut, adalah unsur kata yang satu sama lain saling berdiri dengan susunan adanya kata yang menyandar dan adanya kata yang disandarkanatau  dalam gramatikal Bahasa Arab biasa disebut dengan Mudhaf dan mudhaf ilaih.
Pada susunan penerjemahan tarkib ini, biasa disebutkan atau ditarjamahkan dari Bahasa Arab ke bahasa Indonesia dengan penerjemahan yang sesuai pada polanya yaitu kata pokok berada didepan dan kata tambahan berada dibelakang, sedang artinya sesuai makna kalimat tersebut dengan pola gramatikalnya, contohnya :
Ilmu nahwu

Pulpennya Zaid

Bukunya orang berilmu
عِلْمُ النَحْوِ
قَلَمُ زَيْدٍ
كِتَابُ عَالِمٍ

       Dalam tarkib idhofi, antara mudhaf dan mudhafun ilaih memiliki keterkaitan makna antara satu sama lainnya. Sehingga hal ini menjadi acuan sekaligus kajian bagi para penarjamah dalam memaknai kalimat frase dalam  bahasa Arab. Penerjemahan yang di maksud yaitu adanya kerkaitan antara kalimat yang dibuat dengan keadaan maupun waktu yang digambarkan dalam kalimat tersebut sehingga terbentuklah beberapa segi penerjemahan dalam bahasa arab mengenai arti dibalik tarkib atau murakkab dalam struktur tersebut. Berikut merupakan beberapa jenis penerjemahan yang berkaitan dengan arti dari struktur tarkib atau murakkab Idhofi :
a.       Arti “Kepemilikan atau untuk”
       Pada tarkib ini merupakan tarkib yang memiliki arti kepemilikan atau kepunyaan atau untuk, contohnya :
Aku telah membaca suratnya ali

Kebunnya bapak luas

Buku pedoman ini untuk dasar para guru
قَرَأْتُ رِسَالَةُ عَلِيٍ
بستان لأَبِ وَاسِعٌ
هَذَا كُتُبُ التَحْطِيْطِ هُوَ أَسَاسُ المُدَرِسِيْنِ






b.      Arti Jenis atau dari
       Tarkib jenis ini mengandung kata yang mengandung arti kategori atau jenis atau dari, maka sebagai berikut contohnya :

Saya punya cicin dari besi

Aisyah punya sepatu dari kaca
لِيْ خَاتَمُ حَدِيْدٍ
لِعَائِشَةِ حِذَاءُ السُّجَاجِ
  
c.       Arti “kepada”
       Jenis tarkib mudhaf ini memilki kandungan arti kepada dalam sebuah susunan kalimat frase, contohnya :

taat kepada Rasul adalah wajib bagi orang muslim 
اِتْمَاعُ الرَسُوْلِ وَاجِبُ عَلَى مُسْلِمِيْنِ

d.      arti “ mengandung waktu atau “di dalam” atau “pada”
       dalam frase ini mengungkapkan arti pada suatu kalimat dengan menunjukkan adanya jenis keadaan di dalam atau pada suatu benda dalam bahasa Arab, contohnya :

‘Pemuda-pemuda pada zaman sekarang adalah pemimpin-pemimpin pada masa yang akan datang.’ 
شُبَّابُ اليَوْمِ رِجَالُ الغَدِ




   2.      Tarkib washfi
       Tarkib atau murakkab washfi merupakan kata lain dari tarkib atau murakkab na’ti. Na’at sering disebut juga washfu atau shifat , yaitu isim yang disebutkan untuk menerangkan sifat isim sebelumnya (man’ut/maushuf) atau untuk menerangkan sifat isim yang berhubungan dengannya. maka fungsi dari kata sifat ini yaitu untuk menyifati kata benda tersebut yaitu yang berhubungan atau berkaitan dengannya. Hal ini juga berlaku sama didalam Bahasa Indonesia yang memiliki pula kata sifat dalam menjelaskan suatu bentuk atau jenis dan karakter suatu benda atau manusia. Dalam penarjemahan tarkib ini pula memiliki beberapa jenis penerjemahan sesuai dengan polanya, sebagai berikut :
a.       Memiliki satu na’at haqiqi
       Dalam penerjemahan na’at ini cukup ditambah dengan kata “yang”  ataupun tidak namun lebih pada makna eksplisit. Hal ini beracuan pada konteks penerjemahan pada nantinya, dimana lebih menegaskan pada bagaimana konteks makna tersebut menjadi lazim ataupun sudah umum dikenal sehingga terjemahan tersebut sesuai dengan struktur arti maupun gramatika dalam bahasa Indonesia ketika diterjemahkan, contohnya :
Hak asasi manusia
Pendidikan bahasa Arab
Kebun baru
Kebun yang indah
الحُقُوْقُ لإِنْسَانِيَةُ
 اللغة الربيةالتربية
البُسْتَانُ الجَدِيْدُ
بُسْتًانٌ جَمِيْلٌ

b.      Memiliki dua na’at haqiqi





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penerjemahan merupakan sebuah kegiatan yang membutuhkan kemahiran dan keterampilan dalam pemahaman kata maupun susunan kalimat dalam paragraf. Setiap penerjemah tentu memiliki landasan maupun pedoman dalam penerjemahannya yang dalam bahasa Arab berkaitan dengan ilmu nahwu maupun sharaf yang dimiliki oleh seorang penerjemah tersebut. Semakin baik penerjemahan maka semakin banyak pula ilmu yang dimiliki oleh seorang penerjemah dibidang bahasa dan sastra Arab.
Tarkib idhofi dan tarkib washfi merupakan bagian dari gramatikal dalam bahasa Arab yang masih dalam kategori susunan terkecil didalam kalimat. Tarkib ini atau biasa dalam pengertian bahasa Indonesia disebut frase merupakan salah satu susunan yang mendasar dalam struktur paragraf bahasa Arab, hal ini karena susuna ini merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi makna satu sama lain dan kedudukan yang tidak dapat ditentukan kecuali dengan penyatuan dalam kalimat lain. Tarkib yang tidak dapat disebut subjek maupun predikat ini sering terdapat dalam frase Bahasa Arab, dimana memiliki fungsi penting dalam penerjemahannya yang mempengaruhi pada bentuk makna maupun keindahan bahasa.

B.     Saran
       Sub bahasan ini sangat membutuhkan pemahaman dan keterampilan dibidang bahasa Arab, karena kemahiran dalam penerjemahan bukan saja membutuhkan keberluasan ilmu namun juga keterampilan Bahasa dalam menerjemahkan susunan gramatikal bahasa pada umumnya maupun bahasa yang mengalami penggeseran makna dalam fungsi gramatikalnya. Oleh karenanya, diharapkan setelah mempelajari penarjamahan tarkib idhafi dan washfi, mahasiswa dapat mengaplikasikannya dalam penerjemahan yang menyangkut tentang tarkib ini.



DAFTAR PUSTAKA

Khotijah, Panduan Tarjamah Arab Indonesia”, (Bandar Lampung: Anugrah Utama  Raharja, 2013.
Akla, Dasar-Dasar Kaidah Nahwu, (Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2013.
Imaduddin Sukamto dan Ahmad Munawari, “Tata bahasa Arab Sistematis”, (Yogyakarta: Nurma Media idea, 2007